Kamis, 09 September 2010

The old mom bitch

Aku Andre ingin menceritakan petualangan dengan si nyokap. Siang itu, aku dan mama berada di minimarket kami. Aku tidak kuliah. Seperti biasa mama berpakaian jilbab, kemeja putih tangan panjang dan celana hitam. Karena jilbabnya yang juga warna putih hanya menutupi sampai leher. Nampak bayangan BH putih mama dan perutnya.

Jam 1-an, pak RT datang untuk meminta uang kebersihan dan mengurus perpanjangan ktp mama.

“Nak Andre.. mamanya ada..”

“Oh ada pak sebentar saya panggilkan” jawabku sambil menyuruhnya duduk di depan kasier.

Aku memanggil mama di lantai2. Aku melihat mama sedang asyik nonton film bokep yang ada di laptopku sambil tangannya mengelus selakangannya dari luar celana.

“Ma.. ada pak RT tuh di bawah mau ngurus perpanjangan ktp sama uang kebersihan.”

“Eh… kamu bikin kaget mama aja… Ndre main yuk.. dah 5 hari kita gak main..”

“Main aja sama pak RT tuh..”jawabku.

“Yang betul.. bolehkah..”

“Ya udah asal mama puas.. ntar malem baru sama Andre..”

“Tapi Andre harus liatin mama sama pak RT main ya sayang.” kata mama.

Aku hanya mengiakanya.

“Pak RT.. kata mama diatas aja..”

“Oh iya.”.

Lalu aku menyuruhnya duduk di bangku yang ada di samping kamar mama. Lalu mama keluar.

“Eh.. pak RT..” sapa mama.

Lalu aku masuk ke kamarku yang ada di pintu kamar mama. Karena diatas pintu kamarku ada ventilasi yang ditutupi kaca. Aku dapat meliha apa yang mereka lakukan. Pak RT yang berkumis tebal dan tangannya yang coklat yang sedikit di tumbuhi bulu tapi badannya bisa dibilang sedkit kurus. Setelah membayar uang kebersihan. Pak RT kembali memasukkan berkasnya ke dalam tasnya dan hendak pergi. Mama bersalaman dengan pak RT. Mama mengenggam erat tangan pak RT. Pak RT sepertinya sudah mengerti. Langsung saja dijatuhkanya tasnya dan tangan kanannya meraba kepala mama dari luar jilbabnya.

Mama melemparkan senyum nakal pada pak RT. Permainan pun di mulai. Pak RT langsung mengenggam kepala mama sambil mencipok bibir merah mama. Ciuman ganas pun terjadi. Ciuman ganas antara mama dengan pak RT sangat menggairahkan bagi siapa yang melihatnya. Pak RT menyandarkan tubuh mama ke didinding. Tangan kiri pak RT membuka jilbab mama, lalu tangan kanan mama membuka kaitan celana dinas pak RT. Secara bersamaan jilbab mama dan celana pak RT lepas. Rambut panjang hitam terurai. Lalu bibir pak RT turun ke leher. Dicium, dijilat dan dicupangnya leher mama. Mama menggelengkan kepalanya sambil berdesah kecil menikmati. Tangan kanan mama mengeluarkan kontol pak RT dari CD coklat. Mama mengocoknya pelan-pelan.

Pak RT semakin tidak tahan nampaknya. Tangan coklat pak RT membuka 1 per 1 kancing kemeja putih mama. Setelah kemejanya sudah terbuka kedua tangan pak RT langsung meremas tetek mama dari luar BH 36bnya. Lalu lidah pak RT bermain di pinggiran tetek mama. Tangan mama masih memegang dan sekali-kali mengocok titit pak RT dengan lembut. Setelah puas menjilati pinggiran tetek mama, pak RT tidak membuka BH mama melainkan membuka celana hitam mama. Wow… nampak bulu-bulu halus ditutupi CD yang juga berwarna putih. Lalu pak RT menelentangkan mama di lantai.

Mama menurut saja. Lalu tangan pak RT menarik BH mama ke bawah, dengan tarikan yang sangat kuat, copotlah BH mama. Tetek mama yang berwarna putih padat dan kenyal itu menyembul dengan ujung puting warna hitam kecoklatan.

“Kamu memang cantik Lisna… seharusnya dari dulu kita begini…” kata pak RT memuja mamaku.

Pak RT langsung melumat habis tetek mama. Mama sempat teriak lalu diiringi dengan desahan nafas yang tidak beraturan. Tetek mama dilumat sambil diremas sama pak RT. Nampaknya pak RT sudah lama tidak dijamah oleh istrinya yang kata orang sekitar selingkuh dengan adiknya pak RT. Wajah mama memerah sambil tetesan air dijidatnya. Setelah puas dengan tetek mama, pak RT menarik CD ke bawah, lalu dijilatnya jembut mama sampai pada lubang anus mama. Tangan sekali-kali menusuk vagina mama sambil lidahnya menjilati itil mama.

“Oh.. ah… akhhhhhh” desah mama sambil meremas teteknya.

Kulihat lidah pak RT sangat lincah bermain di vagina mama. Dihisapnya vagina mama yang telah basah. Setelah itu pak RT menyodorkan kontolnya ke mulut mama. Tangan mama mengocok dan mulut mama menjilati senjata pak RT yang hitam itu.

“Ooohhhg trus Lis… enak banget oh….” desah pak RT.

Kulihat mama sangat bernafsu mengoral penis pak RT. Lama kelamaan penis pak RT kelihatanya bertambah sedikit panjang. Setelah puas mengoral penis pak RT, mama langsung mengarahkan penis pak RT ke liang vaginanya.

“Pelan-pelan.. pak..” kata mama.

Dengan posisi mama terlentang, pak RT menggesekkan kepala penisnya ke mulut vagina mama yang telah basah.

“Oh…” desah mama ketika kepala penis hitam itu masuk ke memeknya.

“Ooh… akh….” teriak mama ketika seluruh batang zakar milik pak RT itu masuk seluruhnya di vagina.

Langsung saja pak RT menggoyangnya. Dengan tempo pompaan yang sedang, mama mendesah sambil menggelengkan wajahnya ke kanan-kiri. Cantik sekali wajah mama ketika dikentot. Melihat adegan itu, penisku tegang hingga keluar dari CDku. Pak RT keliahatannya semakin bernafsu. Dengan gaya doggy style, dipompanya mama dengan sekuat tenaga. Mama hanya bisa mendesah. Tetek mama bergoyang-goyang yang semakin membuat nafsuku bangkit.

“Entar malem bakal habis neeh sih mami gua pompa hingga KO” pikirku.

Badan mama sudah penuh dengan keringat.

“Pak… su..dah… mao… kluar neh.. oh..” kata mama.

Beberapa saat kemudian mama teriak dan pak RT menghentikan goyangannya tanda mama mencapai orgasme. Mereka kembali ganti posisi. Pak RT duduk di bangku lalu mama naik di atas paha pak RT. Pak RT kembali memasukan rudalnya ke vagina mama.

“Oooh…” desah mama.

Dengan posisi seperti itu pak RT dengan bebas meraba tetek mama sambil lidahnya menjilati leher mama. Mama mencium bibir pak RT. Pak RT pun membalas dengan ciuman. Kulihat goyangannya tidak terlalu cepat. Beberapa saat kemudian.

“Pak kluar lagi neeh.. ohhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh” kata mama diiringi dengan orgasmenya yang kedua.

Dengan posisi pak RT yang masih duduk, mama mengoral penis pak RT. Dikocoknya penis pak RT dengan teteknya.

“Ooh… ah… Lis.. ah..” desah pak RT ketika menembakkan sperma di pipi mama.

Lalu mama menimpa pak RT yang sedang duduk.

“Permainan yang hebat… ah..” kata pak RT.

“Ya… kapan-kapan kita main lagi ya.”

“Iya deh Lis.. seharusnya dari dulu kita begini… istriku sudah jarang melayaniku dan tidak seenak ini..”

“Ooh…” jawab mama.

Lalu pak RT kembali memakai bajunya dan dibantu sama mama. Mama masih bertelanjang bulat.

“Lis… main lah ke kantor saya.. kita main disana….ya…”

“Ya deh pak RT..” kata mamaku.

Lalu pak RT turun pulang. Setelah melihat pak RT sudah turun. Mama langsung masuk ke kamraku.

“Enak ya mah..”

“Enak dong..” kata mama.

Mama langsung menarik celanaku.

“Ayo ma dah gak tahan..” kataku.

Mama langsung mengemut penisku. Wah..enak banget rasanya. Mama mengemut penisku layaknya es krim. Karena sudah tak tahan kutembakan saja maniku di mulut mama.

“Uh… enak banget manimu…” kata mama yang mempercayai bahwa mani itu bikin awet muda cewek.

Jam 4 aku mandi bersama mama. Keesokan harinya, aku dirumah sendirian. Karena gak ada kerjaan aku ke ruko. Aku melihat mobil pak Djoko, dosenku terpakir di depannya.

Pagi itu suasana memang tampak sepi. Hanya 3 orang pelanggan dirukoku. Aku naik ke lantai 2. Lalu aku mengintip dari celah rahasiaku. Kamar mama berantakan, baju mama berserakan dilantai. Pak Djoko sedang memilih baju untuk mama. Setelah 15 menit memilih pakaian, Pak Djoko menyuruh mama memakai jubah hijau tanpa BH dan jilbab hijau muda. Mama juga tidak memakai CD.

“Dah cantik.. ayo kita pergi..” kata pak Djoko sambil memeluk tubuh ibuku.

Pak Djoko sempat berciuman sebelum turun. Seperti dugaanku, tonjolan mama tidak terlalu nampak karena jubahnya agak tebal. Mereka juga tidak tahu ada aku. Kuikuti kemana mereka. Dengan mobil civicnya, pak Djoko membawa ibuku ke gedung basket kampusku. Keadaannya sangat sepi. Tidak ada satpam, petugas kebersihan dan semacamnya diarea itu. Setelah menyembunyikan keretaku di halaman, aku bergegas masuk. Aku bersembunyi ditumpukan bangku disamping pintu belakang. Hanya ada mama dan pak Djoko ditengah lapangan. Pak Djoko membasahi vagina mama dengan sebuah cairan yang aku tidak tahu. Beberapa saat kemudian terdengar suara mesin mobil pak rektor.

“Ayo rapikan bajunya, pak Luhmin datang bersama penjabatnya…” kata pak Djoko.

Pak Djoko langsung menuju pintu membukakan pintu pak Luhmin sang rektor, pak Luhmin yang berumur 57 tahun, tinggi tegap layaknya tentara dan mempunyai ukuran penis sekitar 22 cm diameter 5 cm. Mama sibuk merapikan pakaiannya dan berdiri pas ditengah lap basket. Lalu pak Luhmin dan pak Andi, kaki tangannya masuk. Pak Andi berbadan gelap, tegap, dia berpangkat mayor.

Mereka bertiga menghampiri mama ditengah lapangan.

“Ini pak rektor dan pak mayor… perkenalkan diri nona..” kata pak Djoko.

Dengan tenang mama memperkenalkan dirinya.

“Saya Akmal Lisna.. panggil saja saya nona..” kata mama.

“Saya pak Luhmin.. panggil saja mas Min… saya rektor disini..” kata pak Luhmin sambil bersalaman dengan mama.

“Saya Mayor Andi.. panggil saja Mayor..” kata Andi.

Wajah pak Andi berbinar-binar memandangi mama yang berdiri dihadapannya. Mamaku sungguh cantik. Lalu mama duduk dilingkari oleh pak Luhmin, Andi dan Djoko. Pak luhmin duduk pas di depan mama, mama sedikit malu.

“Non.. sudah menikah.. umur berapa..”

“Sudah pak.. saya punya 1 anak.. jarang dirumah.. umur saya 48 tahun..” jawab mama.

“Huh panas ya mas..” goda mama sambil mengipasi lehernya yang tertutup jilbab dengan tangannya.

Pak Luhmin mendekati tubuh mama.

“Nona manis..” kata pak Luhmin sambil memegang kedua tangan mama, badanya semakin dekat.

“Non..” katanya lagi.

Dia mulai menyorong pelan badan mama untuk tidur dilantai. Dan cupphhh… Luhmin berciuman dengan mama. Badan mama sudah terlentang dilantai dengan mulut yang melekat pada bibir Luhmin. Tangan pak Rektor itu langsung meremas tetek mama dari luar jubahnya. Sementara Andi berusaha melepas pakaiannya semua, pak Djoko merekam aksi rektor berciuman dengan mama. Tangan mama berhasil membuka celana hitam Luhmin, dikocoknya pelan penis yang panjang itu. Setelah Andi bertelanjang bulat, Luhmin langsung menarik keatas jubah hijau itu, nampaklah tetek mama yang montok itu dan vaginanya yang tertutup bulu-bulu halus.

“Aakh..” desah mama ketika bibir Luhmin mengulum puting susunya.

Lalu dari kanan, Andy mencium bibir mama. Mama yang hanya memakai jilbab, berhasil meraih penis Andy. Kemudian mama menggulum penis Andy yang berukuran normal. Luhmin semakin bernafsu setelah mencupang tetek mama, kini lidahnya membasahi bulu vagina mama.

“Wangi sekali vaginamu Lis..” katanya sambil lidahnya menusuk-nusuk memek ibu.

Dengan lahapnya ia menaik turunkan lidahnya, mama mengenjang sambil tangan dan mulutnya bermain di penis Andy.

“Oough.. nikmat.. nona Akmal… ough..” kata Andi berulang-ulang.

Kulihat penis rektor tegang dengan sendirinya. Lalu Luhim memasukkan tiga jarinya ke vagina mama.

“Oough…” desah mama menghentikan kocokannya dan memejamkan matanya.

Lalu pak Luhmin mengocokkan vagina mama dengan ketiga jarinya. Kocokan Luhmin membuat mama tak berdaya. Beberapa kali mama menghentikan kuluman mulutnya dari penis Andy.

“Oough.. pak.. aku.. keluar..” kata mama.

Beberapa saat kemudian mengucur air dari vagina mama. Setelah itu mereka berganti posisi. Mama merubah posisinya. Mama berada diatas pak rektor. Lalu pak rektor menancapkan penisnya ke dalam memek mama.

“Oough.. pelan pak.. oh.. akh…” kata mama.

Setelah masuk seluruhnya, pak Luhmin mulai memompanya dengan penuh semangat. Mamaku terus memejamkan matanya. Tiba-tiba Andy bangkit, dia menahan gerakan kepala ibuku yang tertutup jilbab dan mengecup bibirnya.

Setelah itu, lidahnya bermain dipunggung mama hingga pas dianus mama.

“Pak..oh…kelu.a..pak..” kata mama.

Mama menjerit panjang. Setelah itu, gantian kini Andy menancapkan penisnya yang berukaran 18 cm itu ke dalam liang mama. Posisinya kini mama dipangku oleh Andy. Mama kembali mendesah. Andy memompa mama sambil menciumi leher mama dari balik jilbabnya. Pak Luhmin menancapkan penisnya dimulut mama. Kemudian mama menggulumnya. Wajah pak Andy dan Luhmin berbinar-binar menikmati alat seks mama yang masih seret. Keringat terus mengucur dari badan mama, Andy dan pak Luhmin. Jilbab mama juga sudah sangat basah. Setelah pompaan Andy, kini mama kembali mengganti posisi. Mama dengan posisi terlentang diatas Andy. Kemudian Luhmin menbuka kaitan jilbabnya, terurailah rambut panjang mama.

“Kamu semakin cantik nona Akmal..” kata pak Luhmin.

Kemudian kontol Luhmin menancap pas di vagina mama.

“Oouh… trus.. pak.. trus.. ough.” desah mama.

Lalu Andy meremas payudara mama dan menjilati kuping mama. Sementara pak Djoko, sang cameramen mereka adegan itu sambil meraba penisnya. Pak Luhmin semakin mempercepat gerakannya. Mama pun semakin mendesah cepat.

“Pak.. ough.. ouh.. akhhhhh…” desah mama orgasme kedua kalinya.

PAk Luhmin menyorong penisnya dalam-dalam di vagina mama. Lalu Andy menancapkan kontolnya di anus mama.

“Ooh… pak… sakit.. oh..” desah mama.

Lalu andy menggoyang pelan diiringi oleh pak Luhmin. Mama terus memejamkan matanya. Keringat terus mengucur. Badan mereka bertiga telah basah. Pak luhmin menggoyang agak cepat. Mama terus mendesah dan memejamkan matanya. Tangan pak Luhmin memeluk erat pinggang mama. Pak Andy menggoyangkan dengan cepat. Mama semakin memejamkan matanya. Pak Andy mencabut kontolnya dan menyemprotkan maninya di punggung mama. Mama menjatuhkan kepalanya didada pak Luhmin. Nafas mama tak beraturan. Pak Luhmin mengelus lembut kepala mama. Setelah itu ia kembali memompa mama. Pak Luhmin terus menahan kepala mama di dadanya. Goyangan yang bisa dibilang lambat itu membuat pak Djoko semakin tak tahan.

Diserahkanya kemera kepada Andy, lalu mama disuruhnya menggulumnya. Pak Luhmin langsung melepaskan pelukannya. Mulut mama langsung bermain dengan penis pak Djoko. Nikmat sekali kayaknya. Ternyata pak Djoko langsung menyemprotkan maninya dimulut mama croot.. croot…

Beberapa tetes maninya keluar dari mulut mama. Setelah itu, pak Djoko kembali membenamkan kepala mama didadanya.

“Aakh… pak.. saya.. gak.. tahan.. lagi.. nih.. shssh” kata mama.

Pak Djoko mempercepat gerakanya.

“Aakh.. oh.. pak.” desah mama.

Beberapa saat kemudian mama mendesah panjang.

“Aakhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh.. pak…” desah mama.

Pak Djoko juga menyemprotkan benih-benihnya di dalam vagina. Terlihat 2 tetes mani keluar dari sela-sela vagina mama. Kemudian pak Djoko menelentangkan badan mama dilantai. Setelah mencabut penisnya dari vagina mama, diselimutinya badan mama dengan jilbab hijau muda mama. Pak Djoko bergabung dengan pak Andy dan Joko yang asyik memandangi mama yang kecapaian dengan sebatang rokok. 5 menit kemudian,

“Ko.. ambil tas dibagasi mobil saya..” kata pak Luhmin menyuruh pak Djoko.

Pak djoko kembali dengan membawa tas.

“Kita mandiin dulu di belakang..” kata pak Andy.

Lalu pak Djoko mengeluarkan semua isi tasnya yang berisi handuk, BH, CD dan jubah putih yang indah. Kemudian pak Luhmin mendekati mama. Lalu pak Luhmin menggendong mama ke ruang ganti. Dengan sangat hati-hati aku mengikuti mereka.

“Cerrrrr..” suara air shower.

Pak Djoko mendudukan mama di sebuah bangku. Pak Andy menyiram badan mama. Sedangkan pak Djoko menyabuninya. Mama sadar dan hanya diam saja. Pak Djoko menyabuni memek dan tetek mama. Setelah mandi. Mama disuruh duduk dan diam oleh pak Luhmin. Lalu tangan pak Luhmin memakaikan BH dan CD mama. Setelah itu mama memakai jubahnya sendiri. Melihat mereka bergegas. Aku langsung keluar. Mama diantar naik mobil civic pak Luhmin. Pak Djoko juga ikut. Kuikuti dari belakang. Sampai dirumah aku pura-pura tidak tahu apa yang terjadi.

Malamnya aku tidur disamping mama. Aku sempat mengobok-obok vagina mama dengan jariku. Rasanya makin asin aja. Mungkin karena sperma pak Luhmin tadi.

“Ma..”

“Apa sayang..” jawab mama.

“Mama sebenernya bisa punya anak lagi gak sih..” tanyaku.

“Mama udah periksa ke dokter… katanya kalau spermanya cocok dengan rahim mama ya mama hamil donk..” jawab mama.

“Sperma aku bisa gak ma..”

“Gak bisa dong.. spermamu kan sperma muda… masih segar..” jawab mama.

Lalu tanganku meremas tetek mama dari balik kimino mama.

“Jangan sekarang..mama capek nak..” jawab mama.

Semenjak kejadian itu, aku selalu tidur disamping mama. Kadang kami bermain sampai lupa waktu dan mandi bersama. Seminggu setelah kejadian itu, aku dan Eno memperkenalkan mama dengan dosen kami, sebutlah pak Djoko. Kami menyuruh mama berdandan yang cantik. Di dalam perjalanan ke kampus, Eno menyuruh mama sedikit gatal karna ini jumat sore, tak ada yang kuliah jadi sepi banget. Sampai di kampus, kami parkir di depan ruang dosen, benar dugaan kami sepi sekali, hanya ada pak Djoko di ruangan itu.

Aku memperkenalkan mama dengan pak Djoko.

“Pak ini mama saya..” kataku sambil mama tersenyum.

Wajah pak Djoko yang killer diiringi dengan tangannya yang dipenuhi bulu lebat. Pak Djoko mempersilakan mamaku duduk dan aku disuruh tunggu diluar dan menutup pintu kantor. Aku dan Eno ngintip dari jendela dengan sangat hati-hati. Wajah pak Djoko dan mama saling berhadapan. Aku tidak dapat mendengar jelas perkataan mereka. Kulihat pak djoko menerawangi badan mama yang memakai jilbab sebahu, baju tangan panjang dan rok jeans sebetis. Kulihat mama merubah posisi duduknya, sekarang mereka duduk bersebelahan. Mama mendekatkan badannya. Sepertinya pak Djoko sudah masuk perangkap, dia mencoba mengelus tangan mamaku, mama tidak melakukan perlawanan.

“Jangan disini gak aman..” kata mama.

“Tunggu saya dilantai 2 kelasnya Andre” kata pak Djoko.

“Duluan bu, saya cari kuncinya dulu” tambahnya.

Mama langsung keluar dari ruangan guru. Aku dan Eno menyamperi mama.

“Bagus ma, mama memang cantik deh,” pujiku.

“Tan, puasin aja tuh dosen, biar mukanya seger dikit” kata Eno.

Lalu kudengar suara kaki pak Djoko. Aku dan Eno berlari menuju tangga di ujung. Kulihat pak Djoko datang dengan gagah.

Cetek.. pintu terbuka dan mama disuruh masuk duluan.

Pak Djoko mengamati sekitarnya, setelah dirasanya aman dia pun masuk. Aku dan Eno menuju ke depan pintu. Kami ambil kursi lalu kami manjat dan ngintip dari lubang angin. Kulihat pak Djoko melepaskan kemejanya dan mama duduk dihadanpanya sambil meremas payudaranya. Lalu pak Djoko yang hanya tinggal singlet dan kolor putih mendekati mama yang berpakaian lengkap. Lalu mereka berciuman, kulihat lidah pak Djoko bermain di mulut mama. Tangan pak Djoko menarik jilbab mama dan menarik resleting baju mama yang ada di blakang. Pak Djoko begitu agresif, dengan sekejap baju dan BH hitam mama telah tidak berada di tempatnya lagi. Kemudian lidah dan tangannya bermain di payudara mama yang kenyal. Diremas dan diplintirnya tetek mama. Sedangkan mama meraba penis pak Djoko dari luar CD karena permainan pak Djoko yang sangat agresif.

Sembari lidah pak Djoko bermain di tetek mama, tangan pak Djoko membuka kaitan rok mama. Dilemparnya rok mama, kemudian ditusuknya vagina mama dari luar CD biru gelap itu. Lalu diduduknya mama di atas meja dan ditarinya CD mama. Tanpa basa-basi langsung dijilatinya memek mama dengan penuh nafsu. Dihisapnya sambil tangannya menusuk-nusuk vagina mama. Sedangkan mama menikmatinya sambil meremas teteknya. Kulihat jelas badan mama yang berkeringat nikmat karena dicumbu dosen killerku.

“Oh.. akh.” kata itu yang kluar dari mulut mama.

Oh.. akh… ih… tiba-tiba tubuh mama mengenjang, ternyata mama orgasme. Lalu, dosen itu menelentangkan mama di atas meja. Dicopotnya kolornya, penis hitam panjang ditumbuhi bulu lebat kriting mengacung di depan muka mama. Lalu mama menggenggam kontol itu dan dijilatnya kepala kontol itu. Mama menyepong kontol itu dengan penuh gairah. Melihat permainan panas itu nafsuku bangkit. Kontolku yang juga menegang rasanya ingin keluar dari sarangnya, kulihat Eno telah meraba kontolnya dari tadi.

“Ooh…” desah pak Djoko.

Mata pak Djoko merem melek menikmati isapan mulut mama. Mama trus menjilati kontol dosenku, dikocoknya, diisap dan dijilatinya seperti menjilat ice cream. Setelah puas dijilati mama, dosen itu siap untuk mencumbu.

“Pelan-pelan pak dosen… akh..” kata mamaku.

Kontol pak Djoko yang telah dilapisi kondom itu menempel di mulut vagina mama.

“Oh. akh……” desah mama ketika kontol hitam itu menembus liang peranakannya.

Di pompanya mama sambil tangannya meremas pantat mama. Dipukulnya pantat mama sekali. Kulihat mama merem melek menikmati pompaan pak Djoko sambil desahan kecil keluar dari mulutnya.

“Oh… akh.. ih.. ohhhhh”.

Kontolku yang juga ingin menyalurkan hasratnya, trus ku genggam. Kulihat Eno sudah tidak memakai celana lagi, dia juga memegang kontolnya sambil mengocoknya.

“Nyak lu memang top… the old white’s bitch abizzz..” bisiknya.

Aku juga terpana melihat keindahan tubuh nyokap diusianya yang menginjak 50 tahun. Kemudian dosen killer itu merubah posisinya, didudukannya mama di atas pahanya. Ia kembali memompa,

“Ooh… akh… pak… akh..” desah mama.

Pak Djoko memompa mama dengan penuh nafsu sambil tangannya yang meremas pantat mama, mulut bermain di payudara mama dan sesekali mencium bibir mama. Badan mama basah kuyup, rambut panjang sebahu itu berantakan. Mama bagaikan bidadari sex yang luar biasa.

“Pak… oh.. sa..ya.. kluar.. akhhhhhhh” kata mama diiringi dengan teriakan.

Lalu pak Djoko memeluk mama. Di nunggingkannya pantat mama.

“Ayolah… sedikit lagi…” katanya pada mama.

Kulihat nafas mama yang tidak beraturan, ia kembali melayani pak Djoko dengan penuh nafsu. Dengan gaya doggy style, mama memegang meja sambil kembali melayani pak Djoko. Kulihat mama memaju-mundurkan pantatnya, teteknya turut bergoyang sesuai irama tubuhnya. Pak Djoko memompa dengan sekuat tenaga.

“Oh….. yes.. ah..” desah mamaku.

“Oh… akh..” desah mama lagi ketika pak Djoko mengeluar masukan kontolnya dari vagina mama.

Tiba-tiba pak Djoko mengeluarkan kontolnya dan membuang kondom yang melekat di kontolnya. Mama langsung memutar tubuhnya dan tangannya mengocok telur pak Djoko.

“Aakh… nik..mat.. bu.. oh.” kata pak Djoko sesaat setelah menyemprotkan maninya di mulut mama.

Semua sperma pak Djoko ditelan mama. Kemudian mama dan dosenku duduk

di lantai.

“Permainan yang nikmat.. sungguh nikmat..” kata pak Djoko.

“Besok-besok datang lagi bu… kalau bisa Rabu sore.. keadaannya seperti ini juga sepi.. ntar saya ajak dosen yang lain” katanya.

“Baik pak dosen” jawab mamaku dengan kalem.

Kontolku masih tegang berdiri. Kulihat mama masih terlentang, sedangkan pak Djoko sudah berpakaian lengkap. Lalu pak DJoko mengambil pakaian mama 1 per 1 dan dibantunya mama memakai pakaiannya. Tapi, ada sedikit keanehan, mama tidak memakai BH dan CD lagi, jadi hanya luarnya menutupi. Lalu aku dan Eno menunggu di mobil.

“Wah, Tante keren banget permainannya..” kata Eno.

Di mobil dalam perjalan pulang, tanganku dan tangan Eno dengan bebas meraba mama. Mama tidak keberatan melepas baju lengan panjangnya. Dia kini tinggal jilbab dan rok jeansnya. Eno meraba teteknya dan memeknya dari kolong jeansnya. Sampai digarasi mobil, nyokap kembali memakai pakaiannya. Lalu masuk ke kamarnya. Ketika hendak mengantarkan Eno pulang, mama manggil aku dan Eno dari dalam kamarnya. Aku dan Eno masuk ke kamar mama.

Di dalam, badan mama sudah dililit handuk.

“Ayo. Kawanin mama mandi donk honey..” aku dan Eno langsung membuka pakaian kami.

Mama sudah menunggu di depan pintu kamar mandi. Lalu mama masuk dan melempar handuknya keluar.

“Ayo.. masuk.. tunggu apa…” kami langsung masuk.

Kulihat di bathup mama sudah terbenam dalam air busa. Lalu aku duluan masuk baru Eno. Kami sabuni mama sambil merasakan halusnya tubuh mama. Tangan mama juga menyambuni kontol kami sambil mengurutnya. Lalu, tanganku menyabuni bulu memek mama sambil menusuk-nusuk ke lubangnya. Sementara Eno menusuk lubang anus mama.

“Aakh… kalian nakal deh..” kata mama.

Lama kelamaan, kami mengoral mama. Mama hanya mendesah kecil. Lalu Eno mengarahkan kontolnya ke anus mama. Aku juga mengarahkan kontolku ke vagina mama. Secara bersamaan kami memasukannya.

“Aakh… sa..kit.. akh.. le..paskan. oh..” teriaknya ketika kontolku dan kontol Eno bergoyang.

Aku pompa tititku mengimbangi goyangan Eno. Kulihat mama trus memeramkan matanya sambil mulutnya mendesah. Lama kelamaan Eno bergoyang semakin cepat, semakin cepat pula goyanganku.

“Aahhhhhhhhhh… ohhhhhhh.. akh………” desah mama panjang sambil membuka matanya sekali-kali.

Eno menjambak rambut nyokap. Lama kelaaman Mama orgasme begitu pula aku. Aku tembakan spermaku di perut mama. Eno istirahat sebentar. Lalu Eno mencabut penisnya dari anus mama. Kulihat ada sedikit darah dipenis Eno. Lalu Eno mendudukan mama di samping bathup dan menaruh penisnya di belahan tetek mama. Lalu dikocoknya dengan tetek mama.

“Oh…” kata Eno.

Aku duduk di lantai sambil melihat kocokan Eno di tetek mama. Lalu Eno tembakan maninya di leher mama. Mama langsung ditelentangkannya di bathup. Eno bilang darah yang keluar dari anus mama itu karena anusnya jarang dikentot masih sempit. Lalu, kami siram mama dengan air hangat. Mama bilang dia sangat senang dengan permainan kami. Lalu dia bilangg papa masih gak bisa pulang selama 3 bulan ke depan karena belum bisa cuti.

“Kan gak papa gak ada papa.. kan ada Andre dan Eno yang servis mama.. belum lagi dosen dan kawan-kawan Eno ntar Eno suruh layanin dech..” kataku.

Mama hanya senyum mendengarkanya. Lalu aku ngantar Eno pulang. Besok paginya hari Sabtu. Hari itu aku ada janji main basket, sedangkan mama hendak pergi ke fitnes. Karena aku males bawa mobil, mama mengantarkanku ke kampus.

“Entar jemput ya mah..”

“Ia sayang…” jawab mama sambil tersenyum.

Lalu aku menuju lapangan basket. Karena menunggu kawan-kawanku datang. Iseng-iseng aku jalan-jalan naik sepeda motor kawanku. Aku berkeliling kampus. Tiba-tiba aku mendapat sms dari 4 orang kawanku dia gak datang.

“Aah.. sial neeh..” gumamku.

Karena jalan menuju ke lapangan basket lagi macet dipenuhi mobil yang lagi parkir. Aku melewati jalan pintas yaitu dari belakang fakultas. Tempat gudang-gudang, jorok dan kotor. Tiba-tiba motor kawanku mati.

“Ah.. damn” kataku.

Akhirnya aku harus berjalan sambil memegang kereta itu. Tiba-tiba aku mendengar suara berisik dari salah 1 gudang.

“Ooh… ashh… oh..”

Dengan sedikit keberanian akhirnya aku mendapat celah untuk ngeten.

Oh.. ternyata nyokap sedang asyik dengan pak Djoko. Pak Djoko sedang asyik menjilati memek mama. Mereka berdua sudah bugil. Wah… payah mama gak bilang-bilang. Wajah mama penuh dengan keringat, teteknya juga basah ada bekas cupangan dilehernya. Tangan mama menjambak rambut dosenku. Dosenku amat bernafsu, lidahnya yang bermain di vagina mama membuat mama terus mendesah.

“Aakhhhhhhh..” desah mama ketika pak Djoko menghisap dengan kuat vagina mama.

Selanjutnya mama memegang batang zakar pak Djoko. Dengan cepat seluruh batang zakar pak Djoko masuk ke dalam mulut mama. Oh..nikmatnya. Isapan mama membuat pak Djoko merem sambil mengelus rambut mama. Setelah batang zakar pak Djoko basah, mama mengarahkan rudal dosenku itu ke dalam lubang memeknya.

“Oughhhh…” desah mama.

Penis pak Djoko masuk seluruhnya di vagina mama. Lalu pak Djoko memompanya.

“Aahkkk…. mas… ahhhhh….” begitulah desahan mama.

Pak Djoko memompa mama dengan cepat. Mata mama merem melek menikmati sodokan pak Djoko. Leher mama dibasahi dengan keringat kenikmatan. Setelah puas, mereka berganti posisi. Pak Djoko mendudukan badan mama diatas meja yang kotor. Tangan mama melilit di leher pak Djoko. Pak Djoko memasukan penisnya kembali.

“Ooh….” desah mama.

Sebelum menggoyangkan penisnya, pak Djoko berciuman dengan mama.

“Ohhhhh…. ahhhhh..” lagi mama berdesah.

Pak Djoko menggoyangkan dengan tempo yang lumayan cepat. Sekitar 25 x goyangan, pak Djoko memperlambat goyangannya, diciumnya mama dari jidat sampai leher yang telah basah. Lalu tangannya meremas tetek mama.

“Ouhhh… ohhhhha. shhhh.. ah…” desah mama.

“Aah…. mas aku… kelu..ar.. Ah….” kata mama untuk orgasme yang pertama.

Mama memeluk pak Djoko. Lalu pak Djoko menggendong mama dan menelungkupkannya di atas meja. Lalu diciuminya leher mama belakang sampai pada punggung mama yang basah. Tangan kanannya mengarahkan penisnya ke dalam lubang anus.

“Aakh….” teriak mama ketika penis hitam itu masuk ke dalam anus.

“Sak..it.. pak…” kata mama.

Kedua tangan pak Djoko memeluk mama. Pak Djoko yang tak menghiraukan mama memompa mama. Kayaknya mama semakin tak berdaya dengan pompaan pak Djoko, begitu juga aku yang tak tahan melihat adegan mereka berdua. Wajah mama yang merem melek dan rambutnya berantakan. Tangan pak Djoko dengan leluasa meraba mama, kadang diremasnya tetek mama. Mereka berdua seperti suami istri.

“Mas…. ak..u.. kl..luar…”

“Bentar… sayang…” kata pak Djoko.

Kulihat mama seperti menahan sesuatu.

“Sekarang sayang.” kata pak Djoko.

“Oohhhhhhhh…..” mama berdesah panjang.

Tangan pak Djoko menjambak rambut mama ketika mereka klimaks. Lalu lidah pak Djoko menjilati seluruh leher mama, lalu ia mencambut penisnya dari lubang anus mama.

“Kontol pak Djoko… enak aja dia main sama mama gak permisi sama gua…” gumamku.

Mama masih telungkup di atas meja. Pak Djoko bangkit dan memakai CD dan singlet, lalu dia menyalakan rokoknya sambil memandang ke arah mama, diselimutinya mama dengan kain jilbab mama. Mama keliatan sangat kecapaian. Bagaimana tidak, kemarin dia main sama pak Djoko, lalu aku dan Eno dirumah.

Tiba-tiba pintu yang depan yang ada didepan mama terbuka.

Oh… Mr Gulam ternyata.

“Sory.. Mr Djoko… saya tadi dipanggil pak rektor… wah.. mulus amet neeh… mamak-mamak bispak..” katanya.

Mr Gulam adalah guru dari Arab yang bekerja di fakultas bahasa, badan Mr Gulam yang berisi yang ditumbuhi bulu-bulu halus khas orang Arab, wajahnya yang sangar membuat orang takut, tapi sebenarnya Mr. Gulam baik. Tanpa basa-basi Mr Gulam langsung membuka bajunya. Badannya sispeck coy. Sepertinya mama belum mengetahui kedatangan Mr Gulam. Dia masih telungkup kecapaian. Wow…penis Mr Gulam panjang amet sekitar 21 cm dan diameter sekitar 5-6 cm. Mama masih telentang.

“Habis loh…” kata Mr Gulam.

Lalu Mr Gulam melempar kain yang menyelimuti mama. Mama masih diam dan tak tahu. Lalu tangan kanan hitam Mr Gulam mengelus paha mama dan diciuminya. Adegan itu berhenti ketika mama membalikkan badannya, tapi mama masih belum sadar. Lalu Mr Gulam naik ke atas meja dan meremas tetek mama sambil menjilati belahannya. Mama hanya menggelengkan kepalanya. Lalu bibirnya pindah ke mulut mamaku, dicipoknya dengan ganas. Mama tidak melakukan perlawanan dan sepertinya belum sadar. Sambil mencipok mama, tangannya menusuk vagina mama yang telah basah. Karena sudah tidak sabar, Mr Gulam langsung mengarahkan penisnya ke vagina mama. Sangking besarnya, Mr Gulam kesusahan memasukan penisnya. Dengan sedikit dorongan akhirnya masuk.

“Aakh..” desah mama yang masih terlentang tak sadarkan diri.

Lalu Mr Gulam memompanya dengan cepat sambil memukul pantat mama dengan tangan hitamnya itu. Mama masih diam tak sadarkan diri.

“Ha.. ha…” begitulah desahan nafas Mr Gulam.

Sepertinya vagina mama memang nikmat. Buktinya Mr Gulam sampai merem melek memompa mama dan keringat langsung mengucur di ronde pertama ini. Beberapa saat kemudian Mr Gulam menompa mama yang terlentang, penisnya masih berada di dalam vagina mama. Kemudian, dengan bantuan pak Djoko, Mr Gulam mendogy style mama. Mr Gulam kembali memasukan penisnya kembali tanpa kesusahan, sementara pak Djoko menikmati bibir mama dengan cara menciuminya dan tangannya meremas tetek mama.

Dup… dup… begitu suara pompaan Mr Gulam terhadap mama. Mama belum sadarkan diri.

“Oohhhhhhhhhhhhhhhhhhh..” teriak Mr Gulam.

Ternyata Mr Gulam menembakkan maninya di dalam memek mama. Lalu dikecupnya pantat mama yang berbercak merah bekas pukulan tangan Arabnya. Lalu pak Djoko menelentangkan mama di lantai kemudian dijilatinya tetek mama. Sementara Mr Gulam memakai baju kembali. Kemudian pak Djoko berhenti dan memakai pakaian dosennya kembali. Mama masih terlentang dengan keringat di sekujur tubuhnya. Lalu pak Djoko membangunkannya.

“Bangun bu…” katanya sambil mengecup bibirnya.

Kemudian mama memakai kembali jilbab, jaket fitnes dan celana pendek tanpa memakai BH di balik jaketnya dan CD di balik celananya. Kemudian pak Djoko menuntunnya keluar. Aku segera menaruh motor kawanku di lapangan basket. Beberapa saat setelah menaruh motor kawanku, mama datang. Di dalam mobil, mama bersikap biasa seperti tidak ada yang terjadi. Pelan-pelan kuraba paha mama.

“Sayang…” kata mama.

Lama-lama rabaanku ke arah vagina mama yang berada dibalik celana sportnya. Kucolok-colok dengan telunjukku. Lalu kucium, bau sperma.

“Ma kok bau sperma” tanyaku.

“Masak.. oh mungkin si pembantu gak benar bersihinnya..” kata mama mengelak.

Istri Pamanku Yang Menggairahkan

Ma, minta susu..! teriak seorang bocah kepada mamanya.

“Iya bentar!” teriak mamanya dari dalam kamar.

Bocah kecil tersebut adalah anak dari Mama yang disebut tadi. Kita sebut saja namanya Ras. Ras merupakan istri dari abang Mama saya, mengertikan? Jadi saya seharusnya memanggilnya bibi, tapi karena suatu alasan, dia kami panggil Mbak dan dia tidak keberatan kok dipanggil begitu. Suaminya saat itu bekerja di luar negeri dan dia ditinggal di rumah mertuanya yaitu nenek saya. Suaminya telah lama pergi dan hanya pulang sekali dalam setahun.

Pada saat itu umur saya baru akan menginjak 17 tahun, dan sekolah di salah satu perguruan swasta di kota saya dan pada saat itu sekolah kami sedang libur, jadi otomatis di rumah sepi karena semua penghuni rumah sudah keluar entah ke mana. Di rumah kami tinggal bersama nenek, dan 5 orang sepupu saya yang tentu saja lebih kecil dari saya semuanya.

Jam baru menunjukkan pukul 9.00 pagi. Nenek saya sedang pergi ke pasar dan biasanya bila beliau ke pasar tidak pernah sebentar. Kelima sepupu saya sudah keluar dari tadi pagi jadi yang tinggal di rumah cuma saya dan Mbak Ras serta anaknya yang baru berumur 5 tahun. Saya dan Mbak Ras bisa dibilang sangat dekat, karena kami sering berbicara dan bercanda bersama. Jadi di antara kami berdua sangat terbuka. Namun pada saat itu saya tidak berani berbuat macam-macam kepadanya, tapi kalau berpikir macam-macam sih pasti ada, he he he.

“Ma, buatkan susu dong!” celoteh bocah tadi menagih janjinya tadi.

“Iya, nih tiap hari minum susu aja. Susu mahal tau!” Mamanya menyodorkan sebotol susu kepada anaknya dan diterima anaknya dengan gembira tanda bahwa dia tidak mau mengerti tentang kemahalan susu.

Memang anaknya setiap bangun tidur dan sebelum tidur selalu meminta susu. Kebetulan lagi pada saat itu saya baru selesai sarapan pagi dan timbul keisengan saya untuk bercanda kepada Mbak Ras.

“Saya juga minta susu dong Mbak!” kata saya sambil menyodorkan gelas kepadanya.

“Eh.. loe itu udah gede, itu kan susu buat anak-anak”, balas Mbak Ras.

“Lho, jadi kalau udah gede gak boleh minum susu?” tanya saya sambil pasang muka tak berdosa.

“Bukannya nggak boleh, tapi itukan susu buat anak-anak”, tegasnya sekali lagi.

“Jadi yang buat orang dewasa mana?” tantang saya kepadanya.

“Ini!” sambil menunjuk kepada buah dadanya yang sepertinya cukup besar dan padat itu.

Terang saja saya terkejut, dan saya pun malu karena dia tidak biasanya bercanda sampai begitu.

Sebenarnya saya tahu kalau dia itu sebenarnya sudah sangat haus dengan seks. Bayangkan saja selama hampir setahun tidak berhubungan dengan suaminya, siapa yang tahan. Dan argumen saya ini juga telah saya buktikan. Kebetulan kamar saya yang berada di lantai 2 tepat di atas kamar mandi, dan lantai 2 hanya berlantaikan papan jadi iseng-iseng saya melubangi papan itu biar bisa mengintip orang mandi. Saya sering mengintip Mbak Ras mandi dari lubang itu dan saya lihat bahwa Mbak Ras sangat sering merangsang dirinya sendiri di kamar mandi, misalnya dengan memijat-mijat dadanya sendiri dan mengelus-elus kemaluannya sendiri. Jadi dari itu saya mengambil kesimpulan kalau dia sering terangsang.

“Kok bengong? Mau minum susu nggak?” ucapnya membuyarkan lamunanku.

“Apa masih ada? Anak Mbak kan udah lima tahun?” jawab saya menetralisir kekagetan saya.

“Gak tau dech.. kamu coba aja, hehehe.. udah dech..” katanya sambil melewati saya menuju kamar mandi kemudian berbisik sekilas kepada saya.

“Pintu kamar mandi nggak Mbak kunci.”

Terang saja saya senang sekali, soalnya saya sering baca buku porno dan pernah berkhayal kalau saya melakukan hubungan badan dengan Mbak Ras dan sepertinya sekarang bisa terwujud. Saya membuka pintu kamar mandi perlahan dan saya lihat Mbak Ras sedang membelakangi saya menggantung pakaian yang akan dipakainya. Dengan perlahan juga saya tutup pintu kamar mandi dan menguncinya tanpa suara.

Saya melihat Mbak Ras mulai membuka baju tidurnya tanpa membalikkan tubuhnya. Sepertinya dia tidak sadar kalau saya sudah berada di dalam. Setelah baju dilepas kemudian tangan saya menuju ke pengait BH-nya bermaksud membantu membuka BH-nya. Dia kaget karena tiba-tiba ada orang di belakangnya namun setelah mengetahui bahwa yang di belakangnya adalah saya dia tersenyum dan membiarkan saya melanjutkan kegiatan saya. Setelah BH-nya terbuka saya kemudian melemparkannya ke tong tempat baju kotor.

“Mbak, susunya boleh saya minum sekarang”, tagih saya kepadanya.

Dia hanya mengangguk dan kemudian membalikkan badannya. Terlihatlah olehku dua buah tonjolan di dalamnya yang selama ini belum pernah saya lihat secara langsung. Sebelumnya saya hanya mengintip. Kemudian dia menyodorkan dadanya kepada saya dan dengan cepat saya sambar dengan mulut saya. Dia hanya mendesis tidak jelas. Lama saya menghisap dan menjilat kedua dadanya membuat dia terus menggelinjang dan menjambak rambut saya. Dadanya kanan kiri secara bergantian menjadi korban keganasan lidah saya.

Mbak Ras kemudian secara lembut membuka kaos saya dan tanpa saya sadari kaos saya sudah terlepas. Mungkin karena keasyikan meminum susu alam. Sementara tangan saya yang kiri mulai meraba-raba perutnya sedangkan yang kanan mengusap-usap dadanya yang sebelah kanan. Sementara mulut saya dengan menjulurkan lidah keluar mempermainkan puting susu yang sebelah kiri yang membuat Mbak Ras semakin ngos-ngosan. Tangan saya sebelah kiri mulai nakal dengan menyusupkan jari-jarinya ke celana tidurnya yang belum dibuka. Tangan Mbak pun tidak mau kalah, dia pun mulai mencari-cari sesuatu di selangkangan saya dan setelah menemukannya dia pijat dengan lembut. Kemaluan saya yang merasakan ada rangsangan dari luar celana semakin meronta minta keluar. Mbak Ras yang sudah berpengalaman itu kemudian membuka reitsleting celana saya dan kemudian melorotkannya ke bawah dengan menggunakan kakinya karena dia tidak bisa membungkuk sebab dadanya sekarang masih berada dalam kekuasaan saya.

Setelah CD saya dibuka, tangannya yang sekarang lebih nakal mulai mengocok perlahan batang kejantanan saya dan itu jelas saja membuat saya terbang tinggi, sebab baru kali ini batang kejantanan saya yang satu ini dipegang oleh tangan seorang wanita yang lembut. Mbak Ras makin menjadi ketika jilatan saya turun ke perutnya dan bermain di sekitar pusarnya dan kemudian dengan sekali tarik celana tidur yang dari tadi menghalangi pemandangan indah saya buka dan sekarang di depan saya berdiri seorang wanita hanya dengan celana dalam krem yang jika diperhatikan lebih seksama bisa dilihat transparan, tapi siapa yang sempat melihat ketransparanannya itu kalau sudah terangsang.

Jilatan saya turun agak ke bawah menuju ke kemaluannya yang ditumbuhi bulu-bulu yang rapi namun karena sudah basah terlihat acak-acakan. Saya menjilati liang kemaluannya dari luar CD-nya. Itu sengaja saya lakukan agar bisa lebih merangsangnya. Dan ternyata benar dia tidak sabar dan segera menurunkan CD-nya sendiri. Saya hanya tersenyum memandang ketidaksabarannya itu, dan jilatan saya lanjutkan tetapi tetap belum menyentuh lubang kenikmatannya itu yang membuat dia blingsatan dengan menggerakkan pinggulnya ke kiri dan ke kanan yang bertujuan agar jilatan saya berlanjut ke liang kemaluannya. Saya lihat kemaluannya sudah banjir, karena tidak pernah merasakan cairan dari wanita maka jilatan saya pun merambah ke liang kemaluannya. Asin! tapi kok enak yah kata saya dalam hati.

Mbak Ras pun kembali mendesis keenakan,

“Ahh.. terus Tango”, ujarnya.

Lidah saya pun mulai bermain cepat. Tiba-tiba tubuh Mbak Ras mengejang dan diikuti dengan desahan panjang,

“Ahh.. nikmat sekati Tango. Pemanasan kamu sungguh hebat.”

Kemudian dia pun duduk di lantai kamar mandi dengan perlahan. Setelah puas dengan kemaluannya, saya kembali ke atas dan mencoba untuk melumat bibirnya. Bibir yang dari tadi mendesis tidak karuan itu kemudian melumat bibirku yang baru saja sampai di depannya. Lama kami saling melumat sambil tangan kanan saya memainkan puting susunya dan tangan yang satunya lagi mencari lubang kewanitaannya dan menekan-nekan klitorisnya yang jelas saja membuat lumatan bibirnya semakin menjadi.

Tangannya pun tidak mau kalah, sambil berpagutan dia mencari kembali batang yang tadi sempat dilepasnya karena kenikmatan yang dia rasakan. Setelah ketemu, kemudian dia mulai menggerak-gerakkan tangannya mengocok kemaluanku yang sudah sangat tegang dan membesar sambil sesekali mengusap bagian kepalanya yang sudah mengeluarkan cairan bening kental. Kemudian secara perlahan-lahan saya mendorong kepalanya ke belakang agar dia rebah ke lantai kamar mandi. Setelah dia rebah, Mbak Ras mendorong dada saya lembut yang membuat saya terduduk dan dia kemudian bangkit kembali. Saya terkejut, saya mengira dia telah sadar dengan siapa dia sedang bermain, namun dengan seketika keterkejutan saya hilang sebab dia kemudian dengan sikap merangkak memegangi kelamin saya dan kemudian dia malah memasukkan kelamin saya ke mulutnya.

Ahh.. terasa nikmat sekali sebab Mbak Ras sangat pandai memainkan kemaluan saya di dalam mulutnya. Saya bisa merasakan lidahnya bermain dengan lincahnya. Saya juga merasakan kepala kemaluan saya dipermainkan dengan lidahnya yang lincah itu. Setelah bermain lama di bawah situ, mulutnya kemudian merambah ke atas menciumi perut, kemudian dada saya dan kemudian kembali ke mulut saya, namun karena saya tahu dia baru saja melepaskan mulutnya dari kemaluan saya, saya berusaha menghindar dari lumatan bibirnya dan mencoba agar dia tidak tersinggung dengan mencium pipinya dan kemudian telinganya. Tangan saya yang menganggur kemudian saya suruh bekerja lagi dengan mengusap-usap selangkangannya dan terdengar dia berbisik kepada saya,

“Masukkan ahh.. sekarang yahh, Mbak udahh kepingin.. banget.. nih.. ahh.”

Saya kemudian mengambil inisiatif dengan mendorong Mbak Ras agar kembali rebah dan dengan perlahan dia menuruti kemauan saya dengan rebahan di lantai kamar mandi. Saya kemudian mengambil segayung air dan menyiramkan ke tubuhnya dan kemudian satu gayung lagi untuk disiramkan ke tubuh saya sendiri.

Setelah kami berdua basah, tangan kanan saya kemudian meremas-remas dadanya sedangkan tangan kiri saya memegang kejantanan saya menuju ke lubang sejuta kenikmatan. Mbak Ras pun sudah siap menerima terjangan saya dengan membuka kedua kakinya agar memudahkan saya memasukinya. Dengan perlahan tapi pasti saya mencoba untuk memasukkan kepunyaan saya yang dari tadi sudah tegak ke kemaluannya. Namun karena sudah lama dia tidak tersentuh laki-laki, membuat saya agak susah juga untuk menancapkannya. Beberapa kali saya arahkan batang saya, namun agak susah untuk berhasil, dan setelah beberapa tusukan, akhirnya kelamin saya masuk dengan sukses ke selangkangannya. Yah, cengkeraman liang kemaluannya sungguh nikmat, karena saat itu liang kemaluannya sangat sempit dan itu sudah membuat saya merem melek, dan dengan gerakan pelan saya mulai menaik-turunkan pinggul saya. Saya melihat Mbak Ras mengerang kenikmatan sampai bola matanya hilang, dan dia juga meggerak-gerakkan pinggulnya ke kiri dan ke kanan dengan maksud agar semua ruang di liang kemaluannya terjejali dengan kemaluanku yang sudah mulai memompa. Setiap pompaan membuat dia mendesah tidak karuan.

Setelah beberapa menit, dia kemudian memelukku dengan erat dan membalikkan tubuhku dan tubuhnya. Kini dia sudah berada di atasku, dan gantian dia yang menaik-turunkan pinggulnya mengejar kenikmatan yang tiada tara. Sementara itu tanganku yang sudah bebas kembali memainkan susunya dan mengusap-usap punggungnya.

“Ssaayyaa.. udah ahh.. mau.. keeluar nihh..” desahnya.

Mendengar desahannya yang begitu seksi saya semakin terangsang dan saya mulai merasakan ada sesuatu tenaga dalam yang ingin dikeluarkan dan semua sepertinya sudah terkumpul di kejantanan saya.

“Saya juga udah mau keluar Mbak..!” desis saya mempercepat gerakan pinggul saya dari bawah.

“Tahann.. sebenntaarr..” katanya.

“Biaarr.. Mbak kee.. luar dulu.. ouhh..”

Saya pun mengerti untuk tidak mengeluarkannya di dalam, sebab dengan alasan apapun saya tidak mau sperma yang saya keluarkan ini menjadi anak dari rahim bibi saya. Saya berusaha untuk menahan, sesaat kemudian terasa cengkeraman di kelamin saya terasa kuat dan terasa hangat, tubuh Mbak Ras kembali mengejang. Kalau saya tidak mencabut kemaluan saya dengan sedikit mendorong perut Mbak Ras, mungkin saya pun akan mengalami orgasme bersamaan dengan Mbak Ras. Untung saja saya sigap, sesaat kemudian Mbak Ras terkulai lemas di atas tubuh saya menikmati sisa-sisa kenikmatan. Paha saya terasa hangat karena pelumas yang keluar dari liang kemaluan Mbak Ras.

Saya pun memeluknya, dan membalikkan tubuhnya karena saya belum terpuaskan saya pun kembali merangsang Mbak Ras dengan jilatan di sekitar selangkangannya. Setelah berkisar 3 – 4 menit Mbak Ras kembali terangsang dan menyuruh saya memasukkan lagi kepunyaan saya ke dalam kemaluannya. Tanpa ba-bi-bu lagi, langsung saya tancapkan ke dalam kemaluannya. Kali ini lebih mudah karena kemaluan kami berdua memang telah licin. Setelah memompa beberapa menit, saya kembali merasakan gelombang kenikmatan dan dengan segera saya mencabutnya dan mengocok-ngocoknya dengan tangan sendiri. Namun tidak disangka, Mbak Ras kemudian menangkap kemaluan saya dan menggantikan tangan saya dengan tangannya dan kemudian memasukkan kemaluan saya ke dalam mulutnya. Ahh.. terasa sungguh nikmat, apalagi permainan lidahnya membuat saya tidak bisa bertahan lama dan akhirnya semua saya keluarkan di dalam kuluman mulutnya.

Tapi saya tidak melihat dia melepaskannya, dia seakan tidak mau melepaskan kemaluanku yang sedang muntah dan dia menghisap habis semua muntahannya tanpa sisa. Setelah saya merasakan pelumas dari dalam tubuh saya habis, batang kemaluan saya pun perlahan-lahan kembali mengecil. Melihat hal itu, Mbak Ras kemudian melepaskan batang kemaluan saya, dan tersenyum kepada saya. Kemudian dia berbisik,

“Tango, terima kasih yah, Mbak udah lama nggak menikmatinya dari pamanmu, entar lain kali kalau ada kesempatan bisa kan kamu puasin Mbak lagi?”

Dengan masih terduduk di lantai saya mengangguk sambil tersenyum nakal kepada Mbak Ras. Kemudian kami pun mandi sama-sama, saling membersihkan diri dan sesekali tangan saya bergerak nakal menyentuh payudaranya yang tadi pentilnya sempat mencuat.

Setelah kejadian pertama itu, kami pun sering melakukannya di hari Minggu atau hari-hari libur dimana keadaan rumah sedang sepi. Kadang di kamar mandi, kadang di kamarnya. Namun setelah beberapa bulan kami melakukannya, dia mendengar bahwa suaminya yang di luar negeri sudah menikah lagi dan dia pun memutuskan untuk kembali ke rumah orang tuanya di Jakarta. Dan setelah kepergiannya atau lebih tepatnya kepulangannya ke Jakarta saya tidak pernah mendengar kabarnya lagi sampai sekarang.

Cerita Dewasa

Sudah seminggu Sandi menjadi suamiku. Dan jujur saja aku sangat menikmati kehidupan malamku selama seminggu ini. Sandi benar-benar pemuda yang sangat perkasa, selama seminggu ini liang vaginaku selalu disiramnya dengan sperma segar. Dan entah berapa kali aku menahan jeritan karena kenikmatan luar biasa yang ia berikan.

Walaupun malam sudah puas menjilat, menghisap, dan mencium sepasang payudaraku. Sandi selalu meremasnya lagi jika ingin berangkat kuliah saat pagi hari, katanya sich buat menambah semangat. Aku tak mau melarang karena aku juga menikmati semua perbuatannya itu, walau akibatnya aku harus merapikann bajuku lagi.

Malam itu sekitar jam setengah 10-an. Setelah menidurkan anakku yang paling bungsu, aku pergi kekamar mandi untuk berganti baju. Sandi meminta aku mengenakan pakaian yang biasa aku pergunakan ke sekolah. Setelah selesai berganti pakaian aku lantas keluar dan berdiri duduk di depan meja rias. Lalu berdandan seperti yang biasa aku lakukan jika ingin berangkat mengajar kesekolah.

Tak lama kudengar suara ketukan, hatiku langsung bersorak gembira tak sabar menanti permainan apa lagi yang akan dilakukan Sandi padaku.

Masuk.. Nggak dikunci panggilku dengan suara halus.

Lalu Sandi masuk dengan menggunakan T-shirt ketat dan celana putih sependek paha.

Malam ibu… Sudah siap..? Godanya sambil medekatiku.
Sudah sayang… Jawabku sambil berdiri.

Tapi Sandi menahan pundakku lalu memintaku untuk duduk kembali sembil menghadap kecermin meja rias. Lalu ia berbisik ketelingaku dengan suara yang halus.

Bu.. Ibu mau tahu nggak dari mana biasanya saya mengintip ibu?
Memangnya lewat mana..? Tanyaku sambil membalikkan setengah badan.

Dengan lembut ia menyentuh daguku dan mengarahkan wajahku kemeja rias. Lalu sambil mengecup leherku Sandi berucap.

Dari sini bu.. Bisiknya.

Dari cermin aku melihat disela-sela kerah baju yang kukenakan agak terbuka sehingga samar-samar terlihat tali BHku yang berwarna hitam. Pantas jika sedang mengajar di depan kelas atau mengobrol dengan guru-guru pria disekolah, terkadang aku merasa pandangan mereka sedang menelanjangi aku. Rupanya pemandangan ini yang mereka saksikan saat itu.

Tapi toh mereka cuma bisa melihat, membayangkan dan ingin menyentuhnya pikirku. Lalu tangan kanan Sandi masuk kecelah itu dan mengelus pundakku. Sementara tangan kirinya pelan-pelan membuka kancing bajuku satu persatu. Setelah terbuka semua Sandi lalu membuka bajuku tanpa melepasnya. Lalu ia meraih kedua payudaraku yang masih tertutup BH.

Inilah yang membuat saya selalu mengingat ibu sampai sekarang, Bisiknya ditelingaku sambil meremas kedua susuku yang masih kencang ini.

Lalu tangan Sandi menggapai daguku dan segera menempelkan bibir hangatnya padaku dengan penuh kasih dan emosinya. Aku tidak tinggal diam dan segera menyambut sapuan lidah Sandi dan menyedotnya dengan keras air liur Sandi, kulilitkan lidahku menyambut lidah Sandi dengan penuh getaran birahi. Kemudian tangannya yang keras mengangkat tubuhku dan membaringkannya ditengah ranjang.

Ia lalu memandang tubuh depanku yang terbuka, dari cermin aku bisa melihat BH hitam yang transparan dengan push up bra style. Sehingga memberikan kesan payudaraku hampir tumpah meluap keluar lebih sepertiganya. Untuk lebih membuat Sandi lebih panas, aku lalu mengelus-elus payudaraku yang sebelah kiri yang masih dibalut bra, sementara tangan kiriku membelai pussy yang menyembul mendesak CDku, karena saat itu aku mengenakan celana mini high cut style.

Sandi tampak terpesona melihat tingkahku, lalu ia menghampiriku dan menyambar bibirku yang lembut dan hangat dan langsung melumatnya. Sementara tangan kanan Sandi mendarat disembulan payudara sebelah kananku yang segar, dielusnya lembut, diselusupkan tangannya dalam bra yang hanya 2/3 menutupi payudaraku dan dikeluarkannya buah dadaku. Ditekan dan dicarinya puting susuku, lalu Sandi memilinnya secara halus dan menariknya perlahan. Perlakuannya itu membuatku melepas ciuman sandi dan mendesah, mendesis, menghempaskan kepalaku kekiri dan kekanan.

Selepas tautan dengan bibir hangatku, Sandi lalu menyapu dagu dan leherku, sehingga aku meracau menerima dera kenikmatan itu.

Saan… Saann… Kenapa kamu yang memberikan kenikmatan ini..

Sandi lalu menghentikan kegiatan mulutnya. Tangannya segera membuka kaitan bra yang ada di depan, dengan sekali pijitan jari telunjuk dan ibu jari sebelah kanan Sandi, Segera dua buah gunung kembarku yang masih kencang dan terawat menyembul keluar menikmati kebebasan alam yang indah. Lalu Sandi menempelkan bibir hangatnya pada buah dadaku sebelah kanan, disapu dan dijilatnya sembulan daging segar itu. Secepat itu pula merambatlah lidahnya pada puting coklat muda keras, segar menentang ke atas. Sandi mengulum putingku dengan buas, sesekali digigit halus dan ditariknya dengan gigi.

Aku hanya bisa mengerang dan mengeluh, sambil mengangkat badanku seraya melepaskan baju dan rok kerjaku beserta bra warna hitam yang telah dibuka Sandi dan kulemparkan kekursi rias. Dengan giat penuh nafsu Sandi menyedot buah dadaku yang sebelah kiri, tangan kanannya meraba dan menjalar kebawah sampai dia menyentuh CDku dan berhenti digundukan nikmat yang penuh menentang segar ke atas. Lalu Sandi merabanya ke arah vertikal, dari atas kebawah. Melihat CDku yang sudah basah lembab, ia langsung menurukannya mendororng dengan kaki kiri dan langsung membuangnya sampai jatuh ke karpet.

Adapun tangan kanan itu segera mengelus dan memberikan sentuhan rangsangan pada memekku, yang dibagian atasnya ditumbuhi bulu halus terawat adapun dibagian belahan vagina dan dibagian bawahnya bersih dan mulus tiada berambut. Rangsangan Sandi semakin tajam dan hebat sehingga aku meracau.

Saaan.. Sentuh ibu sayang, .. Saann buat.. Ibu terbaang.. Pleaase.

Sandi segera membuka gundukan tebal vagina milikku lalu mulutnya segera menjulur kebawah dan lidahnya menjulur masuk untuk menyentuh lebih dalam lagi mencari kloritasku yang semakin membesar dan mengeras. Dia menekan dengan penuh nafsu dan lidahnya bergerak liar ke atas dan kebawah. Aku menggelinjang dan teriak tak tahan menahan orgasme yang akan semakin mendesak mencuat bagaikan merapi yang ingin memuntahkan isi buminya. Dengan terengah-engah kudorong pantatku naik, seraya tanganku memegang kepala Sandi dan menekannya kebawah sambil mengerang.

Ssaann.. Aarghh..

Aku tak kuasa menahannya lagi hingga menjerit saat menerima ledakan orgasme yang pertama, magma pun meluap menyemprot ke atas hidung Sandi yang mancung.

Saan.. Ibu keluaa.. aar.. Sann.. Memekku berdenyut kencang dan mengejanglah tubuhku sambil tetap meracau.
Saan.. Kamu jago sekali memainkan lidahmu dalam memekku sayang.. Cium ibu sayang.

Sandi segera bangkit mendekap erat diatas dadaku yang dalam keadaan oleng menyambut getaran orgasme. Ia lalu mencium mulutku dengan kuatnya dan aku menyambutnya dengan tautan garang, kuserap lidah Sandi dalam rongga mulutku yang indah. Tubuhku tergolek tak berdaya sesaat, Sandipun mencumbuku dengan mesra sambil tangannya mengelus-elus seluruh tubuhku yang halus, seraya memberikan kecupan hangat didahi, pipi dan mataku yang terpejam dengan penuh cinta. Dibiarkannya aku menikmati sisa-sisa kenikmatan orgasme yang hebat. Juga memberi kesempatan menurunnya nafsu yang kurasakan.

Setelah merasa aku cukup beristirahat Sandi mulai menyentuh dan membelaiku lagi. Aku segera bangkit dan medorong belahan badan Sandi yang berada diatasku. Kudekatkan kepalaku kewajahnya lalu kucium dan kujilati pipinya, kemudian menjalar kekupingnya. Kumasukkan lidahku ke dalam lubang telinga Sandi, sehingga ia meronta menahan gairahnya. Jilatanku makin turun kebawah sampai keputing susu kiri Sandi yang berambut, Kubelai dada Sandi yang bidang berotot sedang tangan kananku memainkan puting yang sebelah kiri. Mengelinjang Sandi mendapat sentuhan yang menyengat dititik rawannya yang merambat gairahnya itu, sandipun mengerang dan mendesah.

Kegiatanku semakin memanas dengan menurunkan sapuan lidah sambil tanganku merambat keperut. Lalu kumainkan lubang pusar Sandi ditekan kebawah dfan kesamping terus kulepaskan dan kubelai perut bawah Sandi sampai akhirnya kekemaluan Sandi yang sudah membesar dan mengeras. Kuelus lembut dengan jemari lentikku batang kemaluan Sandi yang menentang ke atas, berwarna kemerahan kontras dengan kulit sandi yang putih kepalanya pun telah berbening air birahi.

Melihat keadaan yang sudah menggairahkan tersebut aku menjadi tak sabar dan segera kutempelkan bibir hangatku kekepala kontol Sandi dengan penuh gelor nafsu, kusapu kepala kontol dengan cermat, kuhisap lubang air seninya sehingga membuat Sandi memutar kepalanya kekiri dan kekanan, mendongkak-dongkakkan kepalanya menahan keikmatan yang sangat tiada tara, adapun tangannya menjambak kepalaku.

Buuu.. Dera nikmat darimu tak tertahankan.. Kuingin memilikimu seutuhnya, Sandi mengerang.

Aku tidak menjawabnya, hanya lirikan mataku sambil mengedipkannya satu ke arah Sandi yang sedang kelejotan. Sukmanya sedang terbang melayang kealam raya oleh hembusan cinta birahi yang tinggi. Adapun tanganku memijit dan mengocoknya dengan ritme yang pelan dan semakin cepat, sementara lidahku menjilati seluruh permukaan kepala kontol tersebut. Termasuk dibagian urat yang sensitif bagian atas sambil kupijat-pijat dengan penuh nafsu birahi.

Sadar akan keadaan Sandi yang semakin mendaki puncak kenikmatan dan akupun sendiri telah terangsang. Denyutan memekku telah mempengaruhi deburan darah tubuhku, kulepaskan kumulan kontol Sandi dan segera kuposisikan tubuhku diatas tubuh Sandi menghadap kekakinya. Dan kumasukkan kontol Sandi yang keras dan menengang ke dalam relung nikmatku. Segera kuputar memompanya naik turun sambil menekan dan memijat dengan otot vagina sekuat tenaga. Ritme gerakanpun kutambah sampai kecepatan maksimal.

Sandi berteriak, sementara aku pun terfokus menikmati dera kenikmatan gesekan kontol sandi yang menggesek G-spotku berulang kali sehingga menimbulkan dera kenikmatan yang indah sekali. Tangan Sandipun tak tinggal diam diremasnya pantatku yang bulat montok indah, dan dielus-elusnya anusku, sambil menikmati dera goyanganku pada kontolnya. Dan akhirnya kami berdua berteriak.

Buu Dennook.. Aku tak kuat lagi.. Berikan kenikmatan lebih lagi bu.. Denyutan diujung kontolku sudah tak tertahankan
Ibu pandai… Ibu liaarr… Ibu membuatku melayang.. Aku mau keluarr .

Lalu Sandi memintaku untuk memutar badan manghadap pada dirinya dan dibalikkannya tubuhku sehingga. Sekarang aku berada dibawah tubuhnya bersandarkan bantal tinggi, lalu Sandi menaikkan kedua kakiku kebahunya kemudian ia bersimpuh di depan memekku. Sambil mengayun dan memompa kontolnya dengan yang cepat dan kuat. Aku bisa melihat bagaimana wajah Sandi yang tak tahan lagi akan denyutan diujung kontol yang semakin mendesak seakan mau meledak.

Buu… Pleaass.. See.. Aku akaan meleedaaakkh!
Tungguu Saan.. Orgasmeku juga mauu.. Datang ssayaang.. Kita sama-sama yaa..

Akhirnya… Cret.. Cret.. Cret tak tertahankan lagi bendungan Sandi jebol memuntahkan spermanya di vaginaku. Secara bersamaan akupun mendengus dan meneriakkan erangan kenikmatan. Segera kusambar bibir sandi, kukulum dengan hangat dan kusodorkan lidahku ke dalam rongga mulut Sandi. Kudekap badan Sandi yang sama mengejang, basah badan Sandi dengan peluh menyatu dengan peluhku. Lalu ia terkulai didadaku sambil menikmati denyut vaginaku yang kencang menyambut orgasme yang nikmat yang selama ini kurindukan.

Lalu Sandi membelai rambutku dengan penuh kasih sayang kemudian mengecup keningku.

Buu.. Thank you, i love you so much.. Terus berikan kenikmatan seperti ini untukku ya.. Bisiknya lembut.

Aku hanya mengangguk perlahan, setelah memberikan ciuman selamat tidur aku memeluknya dan langsung terlelap. Karena besok aku harus masuk kerja dan masih banyak lagi petualangan penuh kenikmatan yang akan kami lalui

Kamis, 29 April 2010

Akibat ranjang sempit

Mertuaku adalah seorang janda dengan kulit yang putih, cantik, lembut, dan berwajah keibu ibuan, dia selalu mengenakan kebaya jika keluar rumah. Dan mengenakan daster panjang bila didalam rumah, dan rambutnya dikonde keatas sehingga menampakkan kulit lehernya yang putih jenjang.

Sebenarnya semenjak aku masih pacaran dengan anaknya, aku sudah jatuh cinta padanya Aku sering bercengkerama dengannya walaupun aku tahu hari itu pacarku kuliah. Diapun sangat baik padaku, dan aku diperlakukan sama dengan anak anaknya yang lain. Bahkan tidak jarang bila aku kecapaian, dia memijat punggungku.

Setelah aku kawin dengan anaknya dan memboyong istriku kerumah kontrakanku, mertuaku rajin menengokku dan tidak jarang pula menginap satu atau dua malam. Karena rumahku hanya mempunyai satu kamar tidur, maka jika mertuaku menginap, kami terpaksa tidur bertiga dalam satu ranjang. Biasanya Ibu mertua tidur dekat tembok, kemudian istri ditengah dan aku dipinggir. Sambil tiduran kami biasanya ngobrol sampai tengah malam, dan tidak jarang pula ketika ngobrol tanganku bergerilya ketubuh istriku dari bawah selimut, dan istriku selalu mendiamkannya.

Bahkan pernah suatu kali ketika kuperkirakan mertuaku sudah tidur, kami diam diam melakukan persetubuhan dengan istriku membelakangiku dengan posisi agak miring, kami melakukankannya dengan sangat hati hati dan suasana tegang. Beberapa kali aku tepaksa menghentikan kocokanku karena takut membangunkan mertuaku. Tapi akhirnya kami dapat mengakhirinya dengan baik aku dan istriku terpuaskan walaupun tanpa rintihan dan desahan istriku.

Suatu malam meruaku kembali menginap dirumahku, seperti biasa jam 21.00 kami sudah dikamar tidur bertiga, sambil menonton TV yang kami taruh didepan tempat tidur. Yang tidak biasa adalah istriku minta ia diposisi pinggir, dengan alasan dia masih mondar mandir kedapur. Sehingga terpaksa aku menggeser ke ditengah walaupun sebenarnya aku risih, tetapi karena mungkin telalu capai, aku segera tidur terlebih dahulu.

Aku terjaga pukul 2.00 malam, layar TV sudah mati. ditengah samar samar lampu tidur kulihat istriku tidur dengan pulasnya membelakangiku, sedangkan disebelah kiri mertuaku mendengkur halus membelakangiku pula. Hatiku berdesir ketika kulihat leher putih mulus mertuaku hanya beberapa senti didepan bibirku, makin lama tatapan mataku mejelajahi tubuhnya, birahiku merayap melihat wanita berumur yang lembut tergolek tanpa daya disebelahku..

Dengan berdebar debar kugeser tubuhku kearahnya sehingga lenganku menempel pada punggungnya sedangkan telapak tanganku menempel di bokong, kudiamkan sejenak sambil menunggu reaksinya. Tidak ada reaksi, dengkur halusnya masih teratur, keberanikan diriku bertindak lebih jauh, kuelus bokong yang masih tertutup daster, perlahan sekali, kurasakan birahiku meningkat cepat. Penisku mulai berdiri dan hati hati kumiringkan tubuhku menghadap mertuaku.

Kutarik daster dengan perlahan lahan keatas sehingga pahanya yang putih mulus dapat kusentuh langsung dengan telapak tanganku. Tanganku mengelus perlahan kulit yang mulus dan licin, pahanya keatas lagi pinggulnya, kemudian kembali kepahanya lagi, kunikmati sentuhan jariku inci demi inci, bahkan aku sudah berani meremas bokongnya yang sudah agak kendor dan masih terbungkus CD.

Tiba tiba aku dikejutkan oleh gerakan mengedut pada bokongnya sekali, dan pada saat yang sama dengkurnya berhenti.
Aku ketakutan, kutarik tanganku, dan aku pura pura tidur, kulirik mertuaku tidak merubah posisi tidurnya dan kelihatannya dia masih tidur. Kulirik istriku, dia masih membelakangiku, Penisku sudah sangat tegang dan nafsu birahiku sudah tinggi sekali, dan itu mengurangi akal sehatku dan pada saat yang sama meningkatkan keberanianku.

Setelah satu menit berlalu situasi kembali normal, kuangkat sarungku sehingga burungku yang berdiri tegak dan mengkilat menjadi bebas, kurapatkan tubuh bagian bawahku kebokong mertuaku sehingga ujung penisku menempel pada pangkal pahanya yang tertutup CD. Kenikmatan mulai menjalar dalam penisku, aku makin berani, kuselipkan ujung penisku di jepitan pangkal pahanya sambil kudorong sedikit sedikit, sehingga kepala penisku kini terjepit penuh dipangkal pahanya, rasa penisku enak sekali, apalagi ketika mertuaku mengeser kakinya sedikit, entah disengaja entah tidak.

Tanpa meninggalkan kewaspadaan mengamati gerak gerik istri, kurangkul tubuh mertuaku dan kuselipkan tanganku untuk meremas buah dadanya dari luar daster tanpa BH. Cukup lama aku melakukan remasan remasan lembut dan menggesekan gesekkan penisku dijepitan paha belakangnya. Aku tidak tahu pasti apakah mertuaku masih terlelap tidur atau tidak tapi yang pasti kurasakan puting dibalik dasternya terasa mengeras. Dan kini kusadari bahwa dengkur halus dari mertuaku sudah hilang.., kalau begitu..pasti ibuku mertuaku sudah terjaga..? Kenapa diam saja? kenapa dia tidak memukul atau menendangku, atau dia kasihan kepadaku? atau dia menikmati..? Oh.. aku makin terangsang.

Tak puas dengan buah dadanya, tanganku mulai pindah keperutnya dan turun keselangkangannya, tetapi posisinya yang menyebabkan tangan kananku tak bisa menjangkau daerah sensitifnya. Tiba tiba ia bergerak, tangannya memegang tanganku, kembali aku pura pura tidur tanpa merrubah posisiku sambil berdebar debar menanti reaksinya. Dari sudut mataku kulihat dia menoleh kepadaku, diangkatnya tanganku dengan lembut dan disingkirkannya dari tubuhnya, dan ketika itupun dia sudah mengetahui bahwa dasternya sudah tersingkap sementara ujung penisku yang sudah mengeras terjepit diantara pahanya.
Jantungku rasanya berhenti menunggu reaksinya lebih jauh. Dia melihatku sekali lagi, terlihat samar samar tidak tampak kemarahan dalam wajahnya, dan ini sangat melegakanku .

Dan yang lebih mengejutkanku adalah dia tidak menggeser bokongnya menjauhi tubuhku, tidak menyingkirkan penisku dari jepitan pahanya dan apalagi membetulkan dasternya. Dia kembali memunggungiku meneruskan tidurnya, aku makin yakin bahwa sebelumnya mertuaku menikmati remasanku di payudaranya, hal ini menyebabkan aku berani untuk mengulang perbuatanku untuk memeluk dan meremas buah dadanya. Tidak ada penolakan ketika tanganku menyelusup dan memutar mutar secara lembut langsung keputing teteknya melalui kancing depan dasternya yang telah kulepas. Walaupun mertuaku berpura pura tidur dan bersikap pasif, tapi aku dengar nafasnya sudah memburu.

Cukup lama kumainkan susunya sambil kusodokkan kemaluanku diantara jepitan pahanya pelan pelan, namun karena pahanya kering, aku tidak mendapat kenikmatan yang memadai, Kuangkat pelan pelan pahanya dengan tanganku, agar aku penisku terjepit dalam pahanya dengan lebih sempurna, namun dia justru membalikkan badannya menjadi terlentang, sehingga tangannya yang berada disebelah tangannya hampir menyetuh penisku, bersamaan dengan itu tangan kirinya mencari selimutnya menutupi tubuhnya. Kutengok istri yang berada dibelakangku, dia terlihat masih nyenyak tidurnya dan tidak menyadari bahwa sesuatu sedang terjadi diranjangnya.

Kusingkap dasternya yang berada dibawah selimut, dan tanganku merayap kebawah CDnya. Dan kurasakan vaginanya yang hangat dan berbulu halus itu sudah basah. Jari tanganku mulai mengelus, mengocok dan meremas kemaluan mertuaku. Nafasnya makin memburu sementara dia terlihat berusaha untuk menahan gerakan pinggulnya, yang kadang kadang terangkat, kadang mengeser kekiri kanan sedikit. Kunikmati wajahnya yang tegang sambil sekali kali menggigit bibirnya. Hampir saja aku tak bisa menahan nafsu untuk mencium bibirnya, tapi aku segera sadar bahwa itu akan menimbulkan gerakan yang dapat membangunkan istriku.

Setelah beberapa saat tangan kanannya masih pasif, maka kubimbing tangannya untuk mengelus elus penisku, walaupun agak alot akhirnya dia mau mengelus penisku, meremas bahkan mengocoknya. Agak lama kami saling meremas, mengelus, mengocok dan makin lama cepat, sampai kurasakan dia sudah mendekati puncaknya, mertuakan membuka matanya, dipandanginya wajahku erat erat, kerut dahinya menegang dan beberapa detik kemudian dia menghentakkan kepalanya menengadah kebelakang. Tangan kirinya mencengkeram dan menekan tanganku yang sedang mengocok lobang kemaluannya. Kurasakan semprotan cairan di pangkal telapak tanganku. Mertuaku mencapai puncak kenikmatan, dia telah orgasme. Dan pada waktu hampir yang bersamaan air maniku menyemprot kepahanya dan membasahi telapak tangannya. Kenikmatan yang luar biasa kudapatkan malam ini, kejadianya begitu saja terjadi tanpa rencana bahkan sebelumnya membayangkanpun aku tidak berani.

Sejak kejadian itu, sudah sebulan lebih mertuaku tidak pernah menginap dirumahku, walaupun komunikasi dengan istriku masih lancar melalui telpon. Istriku tidak curiga apa apa tetapi aku sendiri merasa rindu, aku terobsesi untuk melakukannya lebih jauh lagi. Kucoba beberapa kali kutelepon, tetapi selalu tidak mau menerima. Akhirnya setelah kupertimbangkan maka kuputuskan aku harus menemuinya.

Hari itu aku sengaja masuk kantor separo hari, dan aku berniat menemuinya dirumahnya, sesampai dirumahnya kulihat tokonya sepi pengunjung, hanya dua orang penjaga tokonya terlihar asik sedang ngobrol. Tokonya terletak beberapa meter dari rumah induk yang cukup besar dan luas. Aku langsung masuk kerumah mertuaku setelah basa basi dengan penjaga tokonya yang kukenal dengan baik. Aku disambut dengan ramah oleh mertuaku, seolah olah tidak pernah terjadi sesuatu apa apa, antara kami berdua, padahal sikapku sangat kikuk dan salah tingkah.

“Tumben tumbenan mampir kesini pada jam kantor?”
“Ya Bu, soalnya Ibu nggak pernah kesana lagi sih”
Mertuaku hanya tertawa mendengarkan jawabanku
“Ton. Ibu takut ah.. wong kamu kalau tidur tangannya kemana mana.., Untung istrimu nggak lihat, kalau dia lihat.. wah.. bisa berabe semua nantinya..”
“Kalau nggak ada Sri gimana Bu..?” tanyaku lebih berani.
“Ah kamu ada ada saja, Memangnya Sri masih kurang ngasinya, koq masih minta nambah sama ibunya.”
“Soalnya ibunya sama cantiknya dengan anaknya” gombalku.
“Sudahlah, kamu makan saja dulu nanti kalau mau istirahat, kamar depan bisa dipakai, kebetulan tadi masak pepes” selesai berkata ibuku masuk ke kamarnya.

Aku bimbang, makan dulu atau menyusul mertua kekamar. Ternyata nafsuku mengalahkan rasa lapar, aku langsung menyusul masuk kekamar, tetapi bukan dikamar depan seperti perintahnya melainkan kekamar tidur mertuaku. Pelan pelan kubuka pintu kamarnya yang tidak terkunci, kulihat dia baru saja merebahkan badannya dikasur, dan matanya menatapku, tidak mengundangku tapi juga tidak ada penolakan dari tatapannya. Aku segera naik keranjang dan perlahan lahan kupeluk tubuhnya yang gemulai, dan kutempelkan bibirku penuh kelembutan. Mertuaku menatapku sejenak sebelum akhirnya memejamkan matanya menikmati ciuman lembutku. Kami berciuman cukup lama, dan saling meraba dan dalam sekejap kami sudah tidak berpakaian, dan nafas kami saling memburu. Sejauh ini mertuaku hanya mengelus punggung dan kepalaku saja, sementara tanganku sudah mengelus paha bagian dalam. Ketika jariku mulai menyentuh vaginanya yang tipis dan berbulu halus, dia sengaja membuka pahanya lebar lebar, hanya sebentar jariku meraba kemaluanya yang sudah sangat basah itu, segera kulepas ciumanku dan kuarahkan mulutku ke vagina merona basah itu.

Pada awalnya dia menolak dan menutup pahanya erat erat.
“Emoh.. Ah nganggo tangan wae, saru ah.. risih..” namun aku tak menghiraukan kata katanya dan aku setengah memaksa, akhirnya dia mengalah dan membiarkan aku menikmati sajian yang sangat mempesona itu, kadang kadang kujilati klitorisnya, kadang kusedot sedot, bahkan kujepit itil mertuaku dengan bibirku lalu kutarik tarik keluar.
“Terus nak Ton.., Enak banget.. oh.. Ibu wis suwe ora ngrasakke penak koyo ngene sstt”
Mertuaku sudah merintih rintih dengan suara halus, sementara sambil membuka lebar pahanya, pinggulnya sering diangkat dan diputar putar halus. Tangan kiriku yang meremas remas buah dadanya, kini jariku sudah masuk kedalam mulutnya untuk disedot sedot.

Ketika kulihat mertuaku sudah mendekati klimax, maka kuhentikan jilatanku dimemeknya, kusodorkan kontolku kemulutnya, tapi dia membuang muka kekiri dan kekanan, mati matian tidak mau mengisap penisku. Dan akupun tidak mau memaksakan kehendak, kembali kucium bibirnya, kutindih tubuhnya dan kudekap erat erat, kubuka leber lebar pahanya dan kuarahkan ujung penisku yang mengkilat dibibr vaginanya.

Mertuaku sudah tanpa daya dalam pelukanku, kumainkan penisku dibibir kemaluannya yang sudah basah, kumasukkan kepala penis, kukocok kocok sedikt, kemudian kutarik lagi beberapa kali kulakukan.
“Enak Bu?”
“He eh, dikocok koyo ngono tempikku keri, wis cukup Ton, manukmu blesekno sin jero..”
“Sekedap malih Bu, taksih eco ngaten, keri sekedik sekedik”
“Wis wis, aku wis ora tahan meneh, blesekno sih jero meneh Ton oohh.. ssttss.. Ibu wis ora tahan meneh, aduh enak banget tempikku” sambil berkata begitu diangkatnya tinggi tinggi bokongnya, bersamaan dengan itu kumasukkan kontolku makin kedalam memeknya sampai kepangkalnya, kutekan kontolku dalam dalam, sementara Ibu mertuaku berusaha memutar mutar pinggulnya, kukocokkan penisku dengan irama yang tetap, sementara tubuhnya rapat kudekap, bibirku menempel dipipinya, kadang kujilat lehernya, ekspresi wajahnya berganti ganti. Rupanya Ibu anak sama saja, jika sedang menikmati sex mulutnya tidak bisa diam, dari kata jorok sampai rintihan bahkan mendekati tangisan.

Ketika rintihannya mulai mengeras dan wajahnya sudah diangkat keatas aku segera tahu bahwa mertua akan segera orgasme, kukocok kontolku makin cepat.
“Ton..aduh aduh.. Tempikku senut senut, ssttss.. Heeh kontolmu gede, enak banget.. Ton aku meh metu.. oohh.. Aku wis metu..oohh.”

Mertuaku menjerit cukup keras dan bersamaan dengan itu aku merasakan semprotan cairan dalam vaginanya. Tubuhnya lemas dalam dekapanku, kubiarkan beberapa menit untuk menikmati sisa sisa orgasmenya sementara aku sendiri dalam posisi nanggung.
Kucabut penisku yang basah kuyup oleh lendirnya memekknya, dan kusodorkan ke mulutnya, tapi dia tetap menolak namun dia menggegam penisku untuk dikocok didepan wajahnya. Ketika kocokkannya makin cepat, aku tidak tahan lagi dan muncratlah lahar maniku kewajahnya.

Siang itu aku sangat puas demikian juga mertuaku, bahkan sebelum pulang aku sempat melakukannya lagi, ronde kedua ini mertuaku bisa mengimbangi permainanku, dan kami bermain cukup lama dan kami bisa sampai mencapai orgasme pada saat yang sama

Selasa, 20 April 2010

memijit mm

"Mah, kemana saja sih kok sudah sebulan ini baru datang?", tanyaku sengit ketika Mama ku datang mengunjungiku di Bandung.
"Mama sudah dapat pacar baru ya? sampe enggak sempet datang? Pokoknya aku enggak mau kalo Mama dapat Papa baru".
Mama ku terlihat kaget ketika aku marah, padahal beliau baru saja datang dari Jakarta hari jumat sore itu. Tetapi ketika kepalaku di elus-elusnya dan mama mengatakan minta maaf karena terlalu sibuk dengan pekerjaannya dan sekaligus juga mengatakan kalau mama tetap sayang denganku, perasaan marahku pun jadi luluh.

"Masak sih Mas (namaku sebenarnya Pur tetapi mama selalu memangggilku Mas sejak aku masih kecil), kamu enggak percaya sama mama? Mama terlalu sayang padamu, jadi kamu jangan curiga kalau mama pacaran lagi", katanya terisak sambil menciumi pipiku dan akhirnya kami berpelukan.
Setelah makan malam, lalu kami berdua ngobrol di ruang tamu sambil melihat acara TV.
"Mas, rambutmu itu sudah mulai banyak lagi yang putih... sini mama cabutin", kata mama yang biasanya selalu mencabuti ubanku bila datang ke Bandung. Segera saja aku bergegas ke kamar untuk mengambil cabutan rambut lalu duduk menghadap kearah TV di lantai sambil sandaran di sofa yang diduduki mama.
Terus terang, aku paling senang kalau mama sudah mulai mencabuti ubanku, soalnya bisa sampai ngantuk.
"Banyak betul sih Mas ubanmu ini?", komentar mama sambil mulai mencabuti ubanku.
"Habis sih... Mama sudah lama enggak kesini... cuman ngurusin kerjaan melulu."
"Ya sudah, sekarang deh mama cabutin ubanmu sampai habis."
Kami lalu diam tanpa berkata kata.
"Mas""ngomong2 kamu sudah punya pacar apa belum?", tanya mama tiba2, sambil masih tetap mencabuti ubanku di kepala bagian belakang.
"Belum kok Ma"..masih dalam penjajakan", sahutku.
"Tuh... kan. Kamu ngelarang mama cari pacar, tapi kamu sendiri malah mau pacaran.", sahut mama dengan nada agak kesal.
"Pokoknya, mama enggak mau lho kalau kamu mulai pacaran, apalagi masih sekolah bisa2 pelajaranmu jadi ketinggalan dan berarti kamu juga sudah enggak sayang lagi sama mama", tambahnya.
"Enggak kok Ma, aku masih sayang kok sama mama."

"Sudah selesai Mas yang belakang, sekarang yang bagian depan", perintahnya.
Lalu kuputar dudukku menghadap ke arah Mama dan tetap duduk dilantai diantara kedua paha mamaku serta Mamapun langsung saja meneruskan mencabuti uban-ubanku.
"Mas, kamu kan sekarang sudah tambah dewasa, apa enggak pingin punya pacar atau pingin meluk atau dipeluk seorang perempuan?", kata mama tiba2.
"Atau kamu sudah jadi laki-laki yang enggak normal barangkali ya, Sayang?", lanjut Mama.
"Ah, mama ini kok nanyanya yang enggak2 sih?", sambil kucubit paha mama yang mulus dan putih bersih.
"Habisnya selama ini kan kamu enggak pernah cerita soal temen wanita kamu, Mas.", sahut mama.
"Aku ini masih laki-laki tulen Mah. Kalau mama enggak percaya, boleh deh dibuktiin atau di test ke dokter.", tambahku sambil kuelus-elus paha mama. Kata Mama, aku enggak boleh pacaran dulu, tambahku.
"Naaah... gitu dong Mas. Pacarannya nanti-nanti saja deh Mas, kalau kamu sudah lulus".
"Tapi, kamu kan sudah dewasa, apa enggak kepingin meluk dan mencium lawan jenis kamu", tanyanya lagi.
"Kadang-kadang sih kepingin juga sih Ma, apalagi banyak teman-temanku yang sudah punya pasangan masing-masing. Tapi ngapain sih Ma, kok nanya2 gituan?"
"Ya... enggak apa apa sih, mama cuman pingin tahu saja.", sahut mama sambil tetap mencari ubanku.

Karena aku duduk menghadap mama dan jaraknya sangat dekat, tanpa kusadari mataku tertuju kebagian dada mama dan karena Mama ku hanya memakai baju tidur putih yang tipis sekali, maka tetek dan puting susunya secara transparan terlihat dengan jelas.
"Mah... ngapain sih Mama pake baju tidur ini?"
"Lho... memangnya kenapa mas dengan baju tidur mama ini? emangnya kamu enggak suka ya Mas?", tanya mamaku, tanpa menghentikan kerjanya mencabuti ubanku.
"Emangnya Mama enggak malu?"... tuh kelihatan?", sambil kututul puting tetek mama yang terlihat menonjol keluar dari balik baju tidurnya dengan ujung jariku.
"Huuuusss, teriak mama kaget. Mama kirain kenapa? wong enggak ada orang lain saja kecuali kamu dan bibi dirumah ini. Lagipula mama kan enggak keluar rumah. Memangnya kamu enggak suka ya Mas?", sahut mama menghentikan kerjanya dan memandang mataku.
"Wah"... ya suka bangeet dong Mah. Apalagi kalau boleh megang...", senyumku.
"Huussss...", sambil menjundul dahiku.
"Wong kamu ini masih kecil saja", tambahnya.
"Mah. Aku ini sudah mahasiswa lho.. bukan anak TK lagi, masak sih aku masih kecil? kalo ngeliat sedikit kan enggak apa apa kan mah... boleh kan Mah?", rengekku.

Mama tidak segera menjawab dan tetap saja meneruskan mencabuti ubanku seolah olah enggak ada apa-apa.
Setelah kutunggu sebentar dan mama tidak menjawab atau melarangku, akhirnya kuberanikan untuk menjulurkan tanganku kearah kancing baju tidurnya didekat dadanya.
"Sebentar aja lho Mas ngelihatnya", ujarnya tanpa menghalangi tanganku yang sudah melepas 3 buah kancing bajunya.
"Aduh Mah...putih betul sih tetek mama." komentarku sambil membuka baju tidurnya sehingga tetek mamaku tersembul keluar. Aku enggak tahu ukurannya, tetapi yang pasti tidak terlalu besar sehingga kelihatan tegang menantang serta berwarna merah gelap di sekitar puting nya.
"Sudah ah Mas, tutup lagi sekarang", katanya sambil tetap mencabuti ubanku.
"Lho... Kok malah bengong, tutup dong Mas?", katanya lagi ketika kata-kata mama enggak aku ikutin dan tetap memandang kedua tetek mama yang kupandang begitu indah.
"Bentar dong Mah... aku belum puas nih Mah, melihat tetek mama yang begitu indah ini. Boleh ya Mah pegang dikit?"
"Tuh kan... Mas ini sudah ngelunjak. Katanya tadi cuman mau ngelihat sebentar, eeeh sekarang pingin pegang.", sahut mama sambil tetap melanjutkan mencabut ubanku.
"Sebentar aja lho...", sahutnya tiba2 ketika melihatku hanya bengong aja mengagumi tetek mama.

Setelah Mama mengizinkan dan dengan penuh keraguan serta tanpa berani melihat wajah Mama, segera saja kuremas pelan kedua tetek mama dengan kedua telapak tanganku.
"Aahh... sungguh terasa halus dan kenyal tetek mama", gumanku dalam hati. Lalu kedua tetek mama kuelus2 dan kuremas2 dengan kedua tanganku.
Karena asyiknya meremasi tetek mama, baru aku sadar kalau tangan mama sudah tidak lagi mencabuti ubanku lagi di kepalaku dan setelah kulirik, ternyata mama telah bersandar di sofa dengan mata tertutup rapat, mungkin sedang menikmati nikmatnya remasan tangan ku di tetek nya.

Melihat mamaku hanya diam saja dan memejamkan matanya, lalu timbul keberanianku dan segera saja kumajukan wajahku mendekati tetek kirinya dan mulai kujilat puting teteknya dengan ujung lidahku.
Setelah beberapa kali teteknya kuremas dan tetek satunya kujilati, kudengar desahan mama sangat pelan "ssshhh... ssssshhhh... aaaahh.. Maaaass... suuuudaaaahh..."
Desahan ini walaupun hampir tidak terdengar membuat ku semakin berani dan jilatan di puting teteknya dan kuselingi dengan hisapan halus serta remasan di tetek mama sebelah kanan pun kuselingi dengan elusan elusan lembut.
Tiba2 saja terdengar bunyi "kling" di lantai dan itu mungkin cabutan ubanku yang sudah terlepas dari tangan mama, karena bersamaan dengan itu, terasa kedua tangan mama sudah meremas remas rambutku dan kepalaku di tekannya kearah badannya sehingga kepalaku sudah menempel rapat di tetek mama dan nafasku pun sedikit tersengal. Desahan dari mulut mamaku pun semakin keras.
"Ssssshhh... ooooohh... aaaaahhh... Maaaaaassss..."

Desahan yang keluar dari mulut mamaku ini menjadikan ku semakin bersemangat dan kugeser kepalaku yang sedang dipegangi mama kearah tetek yang satunya dan tangan kananku kuremaskan lembut di tetek kiri mama dan tak henti2 nya desahan mama terdengar semakin kuat dengan nafas cepat.
"Maaasss... aaaaahhh", desah mama dengan keras dan tubuhnya meliuk liuk, seraya mendekap kepalaku sangat kuat sehingga wajahku tenggelam kedalam teteknya.
"Aaaahhhh", teriaknya dan diakhiri dengan nafasnya yang cepat dan tersengal-sengal.
"Maaas, mama lemes sekali", kata mama dengan suara yang hampir tidak terdengar dengan nafasnya yang masih tersengal-sengal. "Maass, tolong bawa mama ke kamar", tambahnya dengan nafasnya yang masih cepat.
"Ayoooo Maas. Cepat bawa mama ke kamar", katanya lagi dan tanpa berfikir panjang akhirnya kubopong mama dan kuangkat ke tempat tidurnya dan dengan hati2 kutidurkan terlentang di tempat tidurnya dan mata Mama masih tetap merem tapi nafasnya yang cepat sudah sedikit mereda.

Aku enggak tahu harus berbuat apa, jadi aku hanya tiduran saja disamping mama sambil ku elus elus dahi yang berkeringat dan rambutnya serta pandanganku tidak pernah lepas dari wajah mama karena takut terjadi apa2, tapi sering juga mataku tertuju ke tetek mama yang menyembul keluar dari baju tidurnya yang terbuka. Nafas mama makin lama semakin teratur.
Tak lama kemudian mata mama mulai terbuka pelan-pelan dan ketika melihatku ada disampingnya, mama tersenyum manis sambil tangannya dieluskan ke wajahku.
"Kenapa Mah. Aku sampai takut", kataku sambil kuciumi tangan yang sedang memegang wajahku.
"Mama lemes sekali sayang... kaki mama gemetaran, tolong kamu pijitin mama", perintahnya dengan suara yang hampir tidak terdengar.

Tanpa membantah, segera saja aku berpindah ke dekat kaki mama dan ketika kedua kakinya di geser kearah berlawanan, lalu kutempatkan dudukku diantara kedua paha mama yang sudah terbuka lebar. Kulihat mama sudah menutup matanya kembali.
Penisku yang tadi sudah tidur karena rasa takut, kembali mulai bangun ketika baju tidur mama yang tersingkap dan cd nya terlihat jelas. Benar-benar merupakan pemandangan yang sangat indah, pahanya yang putih mulus serta padat berisi itu membuat jantungku serasa mau copot.

Karena enggak pernah tahu bagaimana caranya memijat, akhirnya kedua tanganku kuletakkan di kedua paha mama dan kupijit-pijit dari bawah ke atas. Aku enggak tahu, apakah pijitanku itu enak apa tidak, tetapi kelihatannya mama tetap memejamkan matanya tanpa ada protes. Demikian juga ketika kedua tanganku kusodokan di cdnya beberapa kali, mama pun tetap diam saja.
Memang godaan syahwat bisa mengalahkan segalanya. Penisku pun sudah begitu tegang sehingga kugunakan salah satu tanganku untuk membetulkan arahnya keatas agar tidak terasa sakit.
"Mah... celana mama mengganggu nih. Aku buka saja ya mah?", tanyaku minta izin sambil memandang ke arah nya.
Mama enggak segera menjawab, tapi kuperhatikan mama mengangguk sedikit.

Tanpa berlama-lama walaupun aku masih ragu, segera kutarik turun cdnya dan ketika bagian bawah pantat mama sulit kutarik, mama malah membantunya dengan mengangkat badannya sedikit sehingga cdnya dengan mudah kupelas dari kedua kakinya. Lalu sekalian saja kulepas beberapa kancing baju tidur nya yang tersisa dengan salah satu tanganku dan dengan cepat, kupelas juga kaos dan celana yang melekat di tubuhku.
Sambil kembali kupijati paha mama, mataku enggak lepas memandang memek mama yang baru pertama kali ini kulihat. Bulu jembutnya terlihat hanya beberapa lembar sehingga bentuk memeknya terlihat dengan jelas dan dari celah bibirnya kulihat sudah berair. Detak jantungku menjadi kian kencang terpacu melihat bagian-bagian indah milik mamaku.
Karena enggak tahan cuma memelototi lubang kenikmatan mama, lalu kuselonjorkan badanku kebelakang sehingga wajahku pun sudah berada tepat diatas memek mama tapi tanganku pun masih memijati pahanya walaupun itu hanya berupa elusan elusan barangkali.
Awalnya sih aku hanya mencoba membaui memek mama dengan hidungku. Ah, ada bau yang meruap asing di hidungku, segar dan membuatku tambah terangsang. Eeeh... kuperhatikan mama tetap tenang saja, walaupun nafasnya sudah lebih cepat dari biasanya.

Ketika lidahku mulai kumainkan dengan menjilat di seputar belahan bibir memeknya yang sudah terlihat basah dari tadi dan terasa asin tapi enak, pinggul mama tergelinjang keras sehingga hidungku basah terkena cairan mama.
"Aduuuuh Mas!", teriak mama tiba2 dengan suara serak dan tersendat sendat diantara nafasnya yang sudah memburu. tetapi mama kembali diam dan aku artikan mama setuju saja dengan apa yang aku lakukan dan walaupun kedua tangannya memegangi kepalaku.
Tanpa minta izin, segera saja jari-jariku kugunakan untuk membuka bibir vagina dan memainkan bibir vagina serta daging kecil yang sudah menyembul dari sela-sela bibir vaginanya.
"Aduh... aaaaaah... aaahhh... Maaaaas", kudengar desahan mama agak keras.
Dapat kurasakan cairan lendirnya yang sudah semakin membasahi vagina mama yang indah itu. Betapa nikmat rasanya, apalagi dengan desahan mama yang semakin lama semakin keras, membuatku semakin bersemangat dan mulai kujilati, kuendus dan kumasukkan hidungku kedalam vaginanya serta kumainkan lidahku di lobang memek mama.

Mungkin karena keenakan, desahan mama sudah menjadi erangan yang keras dan rambut kepalaku pun sudah diremas remas mama seraya di tekan tekannya kepalaku dan pantatnya pun digoyangnya naik turun sehingga seluruh wajahku terasa basah semua terkena cairan yang keluar dari memek mama. Aku terus saja memainkan lidahku tetapi tidak berapa lama kemudian bisa kurasakan goyangan tubuh mama semakin cepat dan nafasnya pun sudah terdengar cepat dan keras sekali. Tubuh mama mengejang dan akhirnya dia mendesah keras,
"Maaaas... addduuuuh... aaaaaah... ssssh. teee..ruuuuusss..maaas", sambil kepalaku ditekannya dalam dalam kearah memeknya. Lalu mama terkapar melepas tangan nya dari kepalaku dengan nafas ngos2an yang cepat dan aku yakin sekali kalau mama sudah mencapai orgasmenya lagi.
Tanpa disuruh aku segera naik dan tiduran miring menghadapnya disamping mama yang terlentang dengan nafasnya yang masih cepat.

"Aduuuh"maaas, kamu nakal sekali ya? kamu bikin mama jadi keenakan sampe lemes sekali", katanya setelah nafasnya agak normal sambil memencet hidungku.
"Mah... booo leeeh enggak aaaa kuuuu?", tanyaku tapi enggak berani meneruskan kalimatnya, sambil ku usap2 dahi mama yang masih berkerigat. Mudah2an saja mama mengerti maksudku itu, soalnya penisku sudah tegang sekali.
"jangan ya sayang...", jawab mama seraya mengecup pipiku dan jawaban itu tentu saja membuatku menjadi sedikit kecewa.
Mungkin mama melihat perubahan wajahku dan karena merasa kasihan, lalu katanya "...Mas, boleh deh, tapi hanya digesek gesekin saja ya di luar?". Mendengar jawaban itu membuat hatiku agak lega. Yah... dari pada enggak boleh sama sekali, padahal rasa kepinginku sudah sampe diujung.

"Sini sayang naiklah", lanjut nya sambil meraih tubuhku untuk naik di atas tubuh mama dan dari rasa sentuhan dikakiku, terasa mama juga sudah membuka ke dua pahanya, tapi tidak terlalu lebar.
Tanpa berkata kata, lalu kunaiki tubuh mama dengan penisku yang sudah siap tempur dengan kepalanya yang mengkilap tegang. Tangan mama sudah memegangi penisku dan mengarahkan batang kemaluanku ke memeknya. Lalu, penisku yang sedang dipegangnya di gesek2an keatas dan kebawah secara perlahan-lahan di memeknya yang memang sudah licin dan kupergunakan kesempatan ini untuk menjilati leher mama.

Aku pun harus bersabar sedikit dan menunggu agar nafsu mama naik kembali karena sentuhan penisku dimemeknya dan jilatan2 ku di lehernya. Sesekali kuperhatikan wajah mama dan kulihat mama sedang memejamkan kedua matanya yang mungkin sedang menikmati gesekan2 penisku di memeknya.
Suatu ketika, mama menghentikan gerakan tangannya dan melepaskan pegangan tangannya di penisku.
Kedua tangan mama lalu memegangi kepalaku dan melepaskanku dari dadanya yang sedang kujilati serta memandangku dengan mata sayu.
"Gimana... sayang, enak enggak?", tanyanya.
"Ya enak dong maaaah... tapiii...", jawabku di telinganya tanpa berani meneruskan.
"Tapi... kenapa Maaas?", tanya mama pura2 enggak mengerti kata-kataku tadi.
"Boo.. leh ya maaaah dimasukin?", jawabku agak gugup didekat telinganya lagi.
Belum sampai kata-kata yang aku ucapkan itu selesai, terasa ibu telah berusaha merenggangkan ke dua kakinya pelan2 lebih lebar lagi dan kulihat ibu tidak berusaha menjawab, tapi malah terus menutup matanya.
Dengan tanpa melihat, karena aku sibuk menjilati telinga dan leher mama dan kedua tangan mama hanya dipelukannya di punggungku, kutekan pantatku sedikit dan mama lalu menggeser pantatnya sedikit saat penisku sudah menempel di memeknya, sepertinya mama yang memang sudah lebih berpengalaman, sedang berusaha menempatkan lobang memeknya agar penisku mudah memasukinya.

Ketika mama sudah tidak menggerakkan tubuhnya lagi, pelan2 kutekan penisku ke memek mama, tetapi sepertinya kepala penisku terganjal dan tidak mudah masuk atau mungkin salah tempat, walau aku tahu memek ibu sudah basah sekali dari tadi.
Tetapi ketika kuperhatikan wajah mama yang lagi merem itu, sepertinya mama agak menyeringai, mungkin sedang menahan rasa sakit sewaktu penisku kutekan ke memeknya...
"Peel.. laaan.. pelaaan sayyy...aang, saaa...kiiitt, mama sudah lama enggak pernah lagi", kudengar bisik mama didekat telingaku. Karena kasihan mendengar suara mama yang kesakitan, segera saja kuangkat pelan2 penisku tetapi tangan mama yang dari tadi ada di punggungku sepertinya berusaha menahannya.

"Nggggak aaapppaa aapa Maaas", terdengar bisik mama lagi. Aku nggak menjawab apa2, tetapi kemudian terasa tangan mama sepertinya menekan pantatku, mungkin menyuruhku untuk mencoba memasukan penisku, lalu kutusukkan lagi saja penisku pelan2 ke memek mama dan "..ssssrreeeeeeeet", terasa kepala penisku seperti menguak sesuatu yang tadinya tertutup rapat dan langsung saja kuhentikan tusukan penisku ke memek mama, karena terlihat mama menyeringai menahan sakit dan terdengar lagi mama merintih.
"Aduuuuhh... maaaaas...", sambil kedua tangannya menahan punggungku sedikit dan kembali tekanan pantatku kebawah segera kuhentikan. Aku jadi kasihan melihat wajah mama selalu menyeringai seperti kesakitan.
Tetapi beberapa saat kemudian,
"Teken lagi mas, tapi pelan pelan ya...", sambil kedua tangan mama menekan pantatku pelan-pelan, langsung saja aku mengikuti tekanan tangan dipantatku menekan pelan2 dan tiba2 "..sssrrrrreeett... bleesss...", terasa kepala penisku masuk ke memek mama.
"...Maaaaasss!..", teriak mama pelan bersamaan dengan masuknya kepala penisku.
"Sudah maaass..suuuuukk... saaa... yaang...", lanjutnya sambil melepas nafas panjang tapi tangan mama malah menahan tekanan pantatku.
Aku diamkan sebentar pergerakan penisku sambil menunggu reaksi mama, tetapi dalam keadaan diam seperti ini, aku merasa penisku sedang terhisap kuat di dalam memek mama dan tanpa kusadari terucap dari mulutku,
"..Maaah... maaah... terr... uuusss... Maaah e...naaaaak.'

Saking enaknya, aku sudah nggak memperhatikan tangan atau wajah mama lagi, lalu kegerakkan pantatku naik turun pelan2 dan mamapun mengimbanginya dengan mengerakkan pantatnya seperti berputar-putar.
"Maaasss.. terus... maaas.. enaaakk... aduuuhhh... enak Mas...", kudengar kata-kata mama terbata-bata dan kubungkam bibir mama dengan mulutku sambil lidahku kuputar didalam mulutnya, serta kedua tanganku kucengkeram kuat diwajah mama..
Sedang kan kedua tangan mama masih tetap di posisi pantatku dan menekan pantatku apabila pantatku lagi naik. Goyangan dan gerakan aku dan mama semakin cepat dan kudengar bunyi
"Crreeettt... creeettt.. creeetttt."
Secara teratur sesuai dengan gerakan naik-turunnya pantatku serta bunyi suara mama, "Hhhmmm... aaahhhh... aaahhh...", yang nggak keluar karena bibirnya tertutup bibirku.

Tiba2 saja mama menghentikan gerakan tubuhnya dan mengatakan, "berhenti sebenar sayang".
"Kenapa Ma?"
"Maasss, tolong cabut punyamu dulu, mama mau mengelap punya mama supaya agak kering sedikit, biar kita sama sama enak nantinya", katanya.
Bener juga kata Mama, kataku dalam hati, tadi memek Mama terasa sangat basah sekali. Lalu pelan2 kontolku kucabut keluar dari Memek Mama dan kuambil handuk kecil yang ada di tempat tidur sambil kukatakan, "Maaam, biar aku saja deh yang ngelap..boleeeh kan Maaam?"
"Terserah kamu deh Maasss", jawab Mama pendek sambil membuka kedua kakinya lebar2 dan aku merangkak mendekati memek Mama dan setelah dekat dengan memek Mama, lalu kukatakan, "Aku bersihkan sekarang ya maaaaa?", dan kudengar Mama hanya menjawab pendek.
"Boleh sayaaang". Lalu kupegang dan kubuka bibir memek Mama dan kutundukkan kepalaku ke memeknya lalu kujilat-jilat itil dan belahan memek mama dan pantat Mama tergelinjang keras mungkin karena kaget sambil berseru, "Maaas... kamu... nakal yaaaaa!".
Tanpa menjawab, aku teruskan isapan dan jilatan di semua bagian memek Mama dan membuat Mama menggerak-gerakkan terus pantatnya dan kedua tangannya kembali menekan kepalaku. Beberapa saat kemudian, terasa kepalaku seperti ditarik Mama sambil berkata, "Maas... sudaaaah sayaaaaang. Mama nggak tahaaan. Kalau kamu gituin terus. Sini... yaaaang".

Lalu kuikuti tarikan tangan Mama dan aku langsung naik diatas badan Mama dan setelah itu kudengar mama seperti berbisik di telingaku, "Mas, masukin lagi... punyamu... sayaaang... Mama sudah ngak tahan... ya aang", dan tanpa membuang-buang waktu, kuangkat kedua kaki Mami dan kutaruh diatas pundakku sambil ingin mempraktekkan seperti apa yang kulihat di blue film yang sering kulihat dan sambil kupegang batang kontolku, kuarahkan ke memek Mama yang bibirnya terbuka lebar lalu kutusukkan pelan2, sedangkan mama dengan menutup matanya seperti pasrah saja dengan apa yang kuperbuat.

Karena memek Mama masih tetap basah dan apalagi baru kujilat dan kuisap-isap, membuat memek mama semakin basah sehingga sodokan kontolku dapat dengan mudah memasuki lobang memek Mama.
Mama mulai meggerakkan pantatnya naik turun mengikuti gerakan kontolku yang keluar masuk memeknya.
"Mas, terus teken yang kuat", desah mama dan tanpa perintah kedua kalinya, akupun menggenjot memeknya lebih kuat sehingga terdengar bunyi "crroooooot... croooott", mungkin akibat memek mamaku yang sudah basah sekali.
"Ayyooo maaasss", serunya lagi dengan nafasnya yang sudah tersengal sengal.
"Maas... turunkan kaki mama", mintanya dan sambil kontolku masih kusodok sodokkan kedalam memek mama, satu persatu kakinya kuturunkan dari bahuku dan akupun sudah menempel tubuh mama serta mama mulai menciumi seluruh wajahku sampai basah semua...

Nggak lama kemudian gerakan pantat mama yang berputar itu semakin cepat dan kedua tangannya mencengkeram kuat2 di pantatku dan... tiba-tiba mama melepas ciumanku serta berkata tersendat-sendat agak keras ".. Maaaaassss... mama.. haam.. piirr.. maaaas... aa... yyoooo ..maass.. cepppaaaat..'
Moment ini nggak kusia-siakan, karena aku sudah nggak kuat menahan desakan pejuku yang akan keluar. "Ayyooo maaaah... Aduuuh... maaah...", sambil kutekan kontolku kuat2 kedalam memek mama dan kurasakan cengkeraman kuat kedua tangan mama di pantatku makin keras dan agak sakit seakan ada kukunya yang menusuk pantatku.

Kuperhatikan mama dengan nafas yang masih ter-engah2 terdiam lemas seperti tanpa tenaga dan kedua tangannya walau terkulai tapi masih dalam posisi memelukku, sedangkan posisiku yang masih diatas tubuh mama dengan kontolku masih menancap semuanya didalam memeknya.
Karena mama hanya diam saja tapi nafasnya mulai agar teratur, aku berpikir mama mau istirahat atau langsung tidur, lalu kuangkat pantatku pelan2 untuk mencabut kontolku yang masih ada di dalam memek mama, eeehh... nggak tahunya mama dengan kedua tangannya yang masih tetap di punggungku dan memiringkan badannya sehingga aku tergeletak disampingnya lalu dengan matanya masih terpejam dia berguman pelan, "Maaas... biarkan.. Mas. Biarkan punyamu itu didalam sebentar. Rasanya enak... ada yang mengganjel didalam...", sambil mencium bibirku mesra sekali dan kami terus ketiduran sambil berpelukan.

Entah berapa lama aku sudah tertidur dan akhirnya aku terbangun karena aku merasakan ada sesuatu yang menghisap-hisap kontolku. Ketika kulihat jam diding, kulihat sudah jam 5 pagi dan kulihat pula mamaku sudah berada di bagian bawah lagi asyik mengulum dan mengocok ngocok kontolku. Aku pura2 masih tidur sambil menikmati kuluman mulut mama di kontolku. Mama mengulum kontolku dan memainkan dengan lidahnya, aku terasa geli.
Sambil mengulum, terasa kelembutan jari jemari mama mengusap dan membelai batang kontolku. Diusap dan diurutnya keatas dan kebawah. Terasa mau tercabut batang kontolku diperlakukan seperti itu. Aku hanya mendesis geli sambil mendongakkan kepala menahan nikmat yang luar biasa.

Setelah itu, giliran pangkal paha kananku diselusurinya. Lidah mama mengusap-usap pangkal pahaku, terus menyusur ke paha dan terus naik lagi ke buah zakar, ke batang kontolku, ke kepala kontolku, enuaaaknyaa.
Tetapi lama lama tidak tahan juga sehingga mau tak mau pantanku pun mulai kugerakkan naik turun dan yang membuat mama nengok kearahku dan melepas kuluman di kontolku tapi tetap masih memeganginya.
"Sudah bangun saayaaang.", katanya dengan suara lembut.
"Terus maaah, enaaaaakk", kataku dan kembali mamaku mengulum kontolku sehingga terlihat kontolku keluar masuk mulut mama. Setelah beberapa lama kontolku dikulum dan mengurut batang kontolku, tiba-tiba saja mama melepas kontolku. Kini, lidah mama sudah naik menyusuri perutku, menjilat-jilat pusarku, terus naik lagi ke dada kanan, melumuri puting susu kananku dengan air liur yang hangat, lalu ke leher, dan akhirnya ke mulutku.

Lidah mama ketika memasuki mulutku, kugigit sedikit dengan gemas... Tiba-tiba, aduuhhhh... aku merasa batang kemaluanku memasuki jepitan daging hangat, kenyal dan berlendir.... memek mama. Rupanya saat mulutku asyik menikmati lidahnya, mama menyodokkan vaginanya ke kontolku yang memang sudah tegang sekali. Tanpa mengeluarkan lidahnya dari mulutku, mama mulai menekan pantatnya ke bawah. "Blesssss...", kontolku menerobos masuk kedalam memek mama. Hangat rasanya.
Mama terus melakukan gerakan memompa.
Aduhhhhh batang kontolku merasakan elusan dan remasan dinding vagina mama... Akupun menggelepar sehingga lidah mama keluar dari mulutku. Tapi lidah mama terus mengejar mulutku sehingga bisa kembali masuk ke dalam mulutku. Sementara pantatnya tetap memompa dan terdengar bunyia "crooot... croott..."
"Aduhhhh... enaaaknya", seruku tanpa sadar.
"Enaaak sayaaaaang?", tanya mama.
"Terruuss maaaaah, enak sekali..."

Tiba-tiba saja mama melepaskan mulutnya dari mulutku. Lalu tangan mama diletakkan dan bertumpu di dadaku, serta mulai naik turun memompa dan memutar-mutar pantatnya.
"Serrrr... serrr..."
Batang kontolku pun serasa ikut terputar seirama dengan putaran pantat mama.
"Addduuuuuuhhhh, maaaaah, aku nggak tahaannn nih..." ,desisku.
Mama kelihatannya tidak ambil pusing dengan rintihanku, dia tetap memutar, memompa, memutar, memompa pantatnya, tapi nafasnya pun sudah begitu cepat.
Tetek mama yang ada dihadapanku pun juga ikut tergoyang-goyang seirama dengan gerakkan tubuhnya dan kuremas remas keduanya dengan tanganku.

Sekitar beberapa menit aku terombang-ambing dalam kenikmatan yang luar biasa, sampai akhirnya ketika ibu mulai mengubah posisi dengan membalik tubuhku sehingga aku sekarang sudah berada diatas tubuh mama dan nafas mama kuperhatikan sudah begitu cepat.
"Maaaas... ceeepaaaat, teken yang kuat maaass", perintahnya sambil memeluk punggungku erat-erat serta menggerakkan pinggulnya naik turun dengan cepat sehingga membuat kontolku terasa sedikit ngilu.
"Cepaaaat Maaas", serunya lagi dengan nada suara yang cukup keras seraya tangannya mendekap punggungku kuat-kuat. Mungkin mama sudah mendekati orgasmenya barangkali, padahal akupun sudah hampir tidak kuat menahan air maniku agar tidak keluar.
"Ini maaaah. Ini tahan yaaa maaah...", sahutku seraya kugenjot memek mama kuat2 beberapa kali.
"Ter..rrruss..saaayang terruuuus", katanya lagi dengan gerakan pinggulnya semakin liar saja.
"Maaah...maaaaaaah. Aku gak tahan lagiiiiiii", teriakku kuat-kuat kutekan kontolku lebih kuat lagi kedalam memek mama dan "crreeeeet...", air maniku akhirnya jebol dan menyemprot kuat kedalam memek mama dan mungkin setelah menerima semprotan air maniku akhirnya mama pun berteriak, "Maaaaassss, mama juuuugaaaaaaaa", teriaknya sambil merangkulkan kedua kakinya kuat2 dipunggungku dan cengkeraman tangannya pun membuat punggungku terasa sakit.

Akupun akhirnya menjatuhkan tubuh ku disamping mama dan sama2 terengah engah kecapaian.

Setelah nafas kami mulai teratur, sambil memelukku mama berkata serasa berbisik dekat telingaku.
"Enaaak.. maaaaaasss?"
"Enak sekali maaaah.".
"Mas, jangan sampai ada yang tahu soal ini yaaaa? Kamu kan bisa jaga rahasia kita ya", kata mama.
"Iya maaah".
"Dan satu lagi...", kata mama sambil memandangku tajam.
"Apa itu Maaah?"
"Yang ini punya mama. Jangan kamu kasihkan ke orang lain ya?", katanya seraya mencengkeram kontolku yang lagi tidur kecapean dan mengelus elusnya.
"Janji ya.. saaaayang?", tambahnya lagi.
"Asal ini semua juga buat saya ya Maaah.", sahutku sambil kuremas memek mama dan kueluskan jariku dibelahan memek mama yang masih terasa basah oleh air maniku.
Akhirnya kami tertawa berbarengan dan tiba2 saja ada ketukan di pintu kamar, "Buuuu... sudah siang!". Rupanya ketukan dari pembantu karena saat itu sudah jam 9.00 pagi.