Sabtu, 28 Juli 2012

situs bokep

http://www.ziddu.com/download/9034123/3D.3gp.html http://www.ziddu.com/download/3251154/ArabicGirl.3gp.html http://www.ziddu.com/download/3199363/Pelan2bang.3gp.html http://www.ziddu.com/download/5969553/India.3gp.html http://www.ziddu.com/download/5969325/ryass.3gp.html http://www.ziddu.com/download/3199286/ngintipanakkos.3gp.html http://www.ziddu.com/download/3167548/threesome.3gp.html http://www.ziddu.com/download/3167389/Amoikelapagading.3gp.html http://www.ziddu.com/download/3167317/aasiacarera.3gp.html http://www.ziddu.com/download/3167230/chinesssex.3gp.html http://www.ziddu.com/download/3167147/JasmineTame.3gp.html http://www.ziddu.com/download/3166993/usualnightmasturbation.3gp.html http://www.ziddu.com/download/9642131/masihranum.3gp.html http://www.ziddu.com/download/9642167/bahenol.3gp.html http://www.ziddu.com/download/9642234/yuki.3gp.html http://www.ziddu.com/download/9642267/Anjriiiiiit.3gp.html http://www.ziddu.com/download/1875376/cewekmasturbasi.3gp.html http://www.ziddu.com/download/9705752/tanteeuna.3gp.html http://www.ziddu.com/download/9705855/Priscila.3gp.html http://www.ziddu.com/download/9705927/TanteEndut.3gp.html http://www.ziddu.com/download/3166324/nenekgenit.3gp.html http://www.ziddu.com/download/9722944/gatel.3gp.html http://www.ziddu.com/download/9723027/Aqbantuin.3gp.html http://www.ziddu.com/download/9723125/saritem.3gp.html http://www.ziddu.com/download/9733455/Lena.3gp.html http://www.ziddu.com/download/9733487/CCTV.3gp.html http://www.ziddu.com/download/9733684/Tanteendut1.3GP.html http://www.ziddu.com/download/9733761/Arab.3gp.html http://www.ziddu.com/download/9733842/miyabi.3gp.html http://www.ziddu.com/download/9733933/miyabi1.3gp.html http://www.ziddu.com/download/9734043/masturbasi2.3gp.html http://www.ziddu.com/download/9734044/masturbasi3.3gp.html http://www.ziddu.com/download/9734160/cantik.3gp.html http://www.ziddu.com/download/9734161/cantik1.3gp.html http://www.ziddu.com/download/9760781/Thailand.3gp.html http://www.ziddu.com/download/9760782/Jepun.3gp.html http://www.ziddu.com/download/9760783/Thailand1.3gp.html http://www.ziddu.com/download/9760902/Jepun3.3gp.html http://www.ziddu.com/download/9760903/Jepun2.3gp.html http://www.ziddu.com/download/9760904/Jepun1.3gp.html http://www.ziddu.com/download/9802684/gadisdesa.3gp.html http://www.ziddu.com/download/9802685/Stripteasekampung.3gp.html http://www.ziddu.com/download/9802728/Masturbasi4.3gp.html http://www.ziddu.com/download/9802729/Masturbasi5.3gp.html

Rabu, 23 Mei 2012

ANAKKU SAYANG

Ini adalah sebuah peristiwa nyata yang pernah benar-benar ada. Dan pelakunya adalah teman SMP saya dulu dengan nama asli disamarkan untuk privasi. Aku adalah muslimah yang taat. Kata orang wajahku manis dibalik kerudung putih panjang yang selalu kupakai tiap harinya. Tinggi badanku + 155 cm dengan berat badan sekitar 45 kg. Ya aku sangat mensyukurinya jika memang orang yang mengatakan hal itu secara jujur. Kata suamiku, dibalik busana muslim yang aku kenakan, tubuhku dibilang sangat seksi dan jika ada laki-laki yang tahu, pasti akan mengatakan secara fisik aku sempurna. Itu juga aku pasrahkan pada yang kuasa, apakah yang dikatakan suamiku itu jujur atau tidak. Yang jelas aku hanya bisa menganggap sebagai rayuan saja sebelum aku melayani nafsunya sebagai istri. Rumah tanggaku dengan suamiku sebenarnya baik-baik saja, namun karena kami masih menumpang di rumah orang tuaku, membuat semua yang kami perbuat sedikit membuat risih. Tapi secara keseluruhan keluarga kami dalam kondisi yang sehat dan bahagia. Sampai suatu ketika ada sebuah kejadian yang membuat cara berpikirku berubah 180 derajat. Hal itu bermula dari sebuah malam yang sangat mempengaruhi kehidupanku. Malam itu, suamiku pulang sedikit larut. Takut akan mengganggu orang lain yang masih satu rumah, aku coba layani suamiku dengan lembut meski mata sedikit ngantuk akibat sempat ketiduran usai menina bobokan anak laki-laki semata wayangku yang sudah sudah berumur 4 tahun. Setelah menemani suami makan malam, kami berduapun bersiap melakukan hubungan suami istri. Sebelum melakukan hubungan aku sempatkan mencium kening anakku yang sedang tertidur, meski suamiku sudah sangat bernafsu untuk menyetubuhiku. Segera saja suamiku memagut bibirku dengan penuh gelora meski aku sendiri sebenarnya sudah tidak mood dalam melayaninya, karena aku sudah terlalu ngantuk. Namun sekali lagi karena rasa sayangku pada suami dan tanggung jawab sebagai wanita muslimah taat, kucoba agar suamiku tetap bisa terpuaskan dengan tubuh yang sudah lelah. Pelan-pelan pakaian yang kukenakan dilucuti satu per satu oleh suamiku. Payudaraku yang masih keluar ASI karena anakku masih meminum ASIku dijilat dan dihisapinya dengan buas. Setelah seluruh pakaianku ditanggalkan, suamiku bergegas melepas seluruh bajunya dan langsung menindihku kembali dan langsung mengarahkan batang penisnya yang cukup besar dan panjang itu ke liang senggamaku. “Engghh... mas. Pelan-pelan aja mas.” pintaku lirih karena vaginaku terasa perih saat penis suamiku dipaksa masuk vaginaku. Namun suamiku tetap saja buas dengan nafsunya yang sudah ingin sekali menyetubuhiku. Aku hanya bisa pasrah sambil menggigit bibir tipisku untuk sedikit menahan rasa perih. Agar suamiku tak merasa terganggu nafsunya karena aku yang tidak punya libido besar, kucoba belai rambutnya, sehingga terkesan aku sangat menikmatinya. Sampai akhirnya, “Bleshh...” liang senggamaku berhasil dipenuhi batang penis suamiku dan aku sedikit memekik karenanya. Genjotan demi genjotan, kayuhan demi kayuhan nafsu suamiku kurasakan semakin membuat tubuhku merasa lelah tanpa bisa aku nikmati. Sampai akhirnya beberapa menit sejak suamiku larut dalam kayuhan nafsunya, anakku terbangun dari tidurnya dan mendapati kami berdua sedang melakukan hubungan yang seharusnya belum boleh dia lihat. Dan benar saja, anakku yang masih sangat polos itu langsung menghampiri aku dan menyuruh suamiku turun dari tubuhku. Dikirannya suamiku sedang menyakiti aku karena suara lenguhanku yang lirih kuperdengarkan agar suamiku mengira aku juga sedang menikmati persetubuhan itu. Aku yang tidak sadar anakku terbangun karena fokus melayani nafsu suamiku terperanjat kaget. Sadar suamiku tidak mau mengalah untuk sejenak menghentikan persetubuhan, akhirnya kucoba tenangkan anakku dengan menyuruhnya menyusu payudaraku. Suamiku akhirnya mau kurayu agar posisinya tidak sepenuhnya menelungkupi aku dengan kedua kakiku ditaruh diatas pundaknya lagi, sehingga kedua kakiku diturunkan dengan posisi dia menggenjot vaginaku dengan posisi agak menengadah bertumpu kedua tangannya, agar anakku mendapat ruang untuk menyusu. Sekarang posisiku ditindih dua laki-laki bapak dan anak. Suamiku mendapatkan bagian bawah menikmati liang senggamaku, anakku dapat bagian atas sambil menyusu payudaraku. Dua laki-laki yang sangat aku sayangi itu mendapatkan kenikmatannya masing-masing, sedangkan aku merasa semakin lelah saja. Dan setelah itu hal yang tidak pernah aku bayangkan terjadi. Sampai suamiku puas dan menyemburkan spermanya ke dalam rahimku, ternyata anakku tidak kembali tidur juga meski sudah aku susui. Begitu tahu ayahnya melepaskan penis, anakku tiba-tiba bergegas bangun dari menyusu payudaraku dan segera melepas celana kolornya. Penis kecilnya diarahkan ke liang senggamaku meniru apa yang barusan dilakukan oleh suamiku, meski penis yang masih terbungkus kulup itu tampak masih mengkerut. Aku dan suamiku kaget bukan kepalang sampai kami berdua sama sekali tak bereaksi apapun untuk beberapa saat, meski anakku sudah berusaha meniru ayahnya dengan menghentak-hentakkan penisnya yang tidak bisa ia masukkan ke liang dimana dia dilahirkan itu. Begitu responku kembali, aku langsung beranjak agar anakku tidak terlalu jauh dalam bersikap. Tapi ternyata aku sudah terlambat. Reaksi anakku adalah wajahnya mulai sedih dan terlihat hendak menangis. Suamiku yang takut suara tangis anakku mengganggu orang dalam rumah, apalagi posisi aku dan suamiku yang memang masih telanjang bulat langsung mengambil keputusan yang lebih membuat aku kaget. Ia malah menyuruhku agar tidak menghentikan aksi anakku. Mungkin karena ia risih karena tinggal di rumah mertua jika anaknya rewel. Aku bisa pahami itu, tapi aku langsung menolak permintaannya. “Jangan lah mas. Itu kan dosa mas?” pintaku. “Ya dari pada dia nangis.” sahut suamiku panik. Meski berat akupun menuruti kata-kata suamiku. Kupegang penis kecil anakku dan kubantu mengarahkan penis kecilnya dengan posisi tubuhku kutumpukan pada kedua sikuku. Anakkupun mengikuti tanganku yang pelan menarik penis kecilnya itu ke liang senggamaku, sehingga sekarang gantian anakku yang menindih tubuhku seperti suamiku tadi. Penis kecil yang masih mengkerut di dalam kulup itu kubantu tekan agar terdorong memasuki bibir vaginaku. Anakku sendiri ikut mendorong dengan penuh semangat meski susah sekali karena penisnya yang belum tegang. Sampai akhirnya kulup penisnya terbuka dan membuat kepala penisnya sedikit melesak ke dalam bibir vaginaku. Secara tidak sadar aku menjepitkan kepala penis anakku yang masih sangat sensitif itu dengan bibir vaginaku. Hal itu spontan terjadi sebagai reaksiku yang merasa geli dimasuki benda kecil yang aneh. “Enghh...” desahku tak sadar saat penis kecil anakku sedikit demi sedikit mulai besar dan ereksi dan terus kubantu agar bisa memasuki liang senggamaku, yang mungkin karena jepitan spontan bibir vaginaku tadi membuat penis anakku merasakan rangsangan yang sebenarnya belum dia pahami. Sampai akhirnya, “Slep... Slep...” Tanganku terlepas dari penis kecil anakku. Anakku sendiri sudah bisa berinisiatif dengan gerakan memompa penisnya pada liang dimana dia dilahirkan dulu meniru apa yang dilakukan suamiku tadi. Dan entah kenapa pula saat anakku mulai lancar menyetubuhiku, aku malah diliputi keinginan bersetubuh. Aku benar-benar terangsang dengan perlakuan penis kecil anakku didalam vaginaku. Juga tambah terangsang dengan inisiatifnya yang terus memompa penisnya itu sambil mulai menyusu payudaraku. Itu masih ditambah lagi dengan remasan jemari mungilnya yang biasa memainkan peyudaraku yang satunya tiap dia sedang menyusu. “Enghh... mas... ” desahku memanggil suamiku yang sedang membelaiku melihat apa yang dilakukan anak kesayangan kami berdua padaku. “Tolong udah ya mas. Ade takut jadi menikmati persetubuhan ini. Enghh... Ade nggak mau kaya gini mas...” “Udah nggak apa-apa sayang. Demi anak kita.” Jawab suamiku yang tidak tahu maksud permintaanku. Karena suami menjawab seperti itu, dan nafsuku juga semakin meluap karena rangsangan dan sodokan penis kecil anakku, aku langsung menarik wajah suamiku agar aku bisa mencium bibirnya. Dalam hati aku berkata, “Meski persetubuhannya dengan anakku, aku tidak ingin selingkuhi suamiku. Setidaknya agar fantasi seksku bukan dengan anakku melainkan dengan suamiku.” Tak kusangka, apa yang dilakukan anakku bisa bertahan sampai sekitar 15 menit. Sehingga aku yang punya tipikal cepat klimaks sempat mencapai orgasmeku. Aku mengejang hebat sampai lava vaginaku meledak melumuri batang penis kecil anakku. Aku syok dan terguncang antara menikmati kebahagiaan bersetubuh yang jarang kudapat dengan suamiku bercampur rasa bersalah merasa berselingkuh dengan anakku, karena aku yang mencapai klimaks. Akupun jatuh terkulai dan ciuman dan rangkulanku pada suamiku terlepas. Dalam keadaan lemas itu, aku melihat sosok anakku yang sedang asyik menyetubuhiku. Akupun sadar bahwa saat dia menyetubuhiku sedari tadi, anakku sama sekali bukan karena nafsu birahi yang sudah muncul, namun sifat polos anak kecilnya yang ingin meniru semua yang dilakukan orang tuanya. Aku hanya bisa tersenyum dan membelai rambutnya sambil membiarkan anakku terus menyusu dan menggenjot vaginaku. Karena vaginaku yang telah banjir akibat orgasmeku, pelan-pelan sodokan penis anakku mulai lambat dan mulai sering terlepas dari cengkeraman bibir vaginaku. Dan pelan-pelan pula aku merasa penis kecilnya kembali mengkerut sehingga kepala penisnya kembali memasuki kulupnya di dalam vaginaku, sampai akhirnya gerakan anakku terhenti karena kelihatan sudah bosan dengan permainan yang sangat lama dia lakukan untuk ukuran anak seumuran dia. Anakku akhirnya terlelap dalam pelukanku sambil menyusu dengan posisi menindih tubuhku. Penis kecilnyapun masih mengganjal bibir vaginaku untuk menutup. Sedangkan suamiku sendiri sepertinya sudah sangat lelah dan cukup puas dengan nafsu birahinya padaku tadi. Tinggal aku yang belum bisa tertidur memikirkan apa yang barusan terjadi. Selanjutnya, kegiatan bersetubuh dengan anakku mulai sering dilakukan. Meski anakku melakukan itu hanya karena ingin meniru apa yang dilakukan ayahnya terhadap aku, namun lama-lama karena terbiasa, anakku mulai berani meminta jatahnya sendiri. Siang itu rasanya cukup membuat gerah tubuhku. Sehingga aku memutuskan untuk hanya memakai daster terusan tanpa lengan. Sampai bra dan CD pun tak aku pakai, karena rasanya tubuhku seperti menginginkan udara segar di suasana yang sangat terik. Namun meski begitu aku tetap mengenakan kerudung, barangkali ada tamu yang tiba-tiba berkunjung. Seperti biasanya, jatah anakku tidur siang aku ingatkan padanya setelah ia pulang dari sekolah. Waktu itu anakku sudah berusia 6 tahun. Anakku yang penurut langsung mengikutiku masuk kekamar untuk aku kelonin. Pikirku sekalian saja aku tidur di hari yang benar-benar terasa memeras keringat saking panasnya. Namun saat itu aku sedikit terkaget dengan permintaan anakku sebelum ia tertidur. Tiba-tiba ia merengek meminta bersetubuh denganku. Entah apa yang dipikirkannya, meski aku menolak keinginannya dengan halus ia tetap saja merengek. Karena pikirku sudah biasa dilakukan, akupun mengabulkannya. "Ya udah, sekali saja ya sayang?" Kataku membolehkan, yang kemudian langsung direspon dengan anggukan oleh anakku. Kemudian, anakku yang tinggi badannya sudah sepundakku langsung menindih tubuhku. Aku yang paham bahwa ia melakukan itu bukan karena nafsu birahi membiarkannya. Lagipula aku sendiri masih kurang mood bercinta siang itu. Sehingga aku hanya pasrah dengan apa yang dilakukan anakku itu mulai dari menaikkan daster terusanku itu sampai sebatas payudaraku, sampai dengan ia selesai melepas seluruh bajunya. Iapun kembali menindih tubuhku dengan nafas tersengal. Puting kiriku langsung diemut dan dihisap sampai keluar susunya. maklum, sampai seumur itu aku belum menyapihnya dari susuanku. Sedangkan payudara kananku yang berukuran bra 36B itu diremas-remasnya untuk mainan sebagaimana biasanya. Namun yang aku sedikit bingung adalah penisnya yang sudah sedikit lebih panjang dari saat dia melakukan itu pertama denganku, ternyata sudah ereksi. Bahkan kulihat ketegangannya sudah melebihi batas, sampai-sampai kepala penisnya keluar dari kulupnya tanpa dibantu. Dalam hati aku sedikit bertanya, "Apa dia sudah mulai punya keinginan bersetubuh dengan lawan jenis ya? Baru kali ini dia minta ngentot siang-siang. Kontolnya juga kelihatan sudah tegang dari tadi." Namun kecemasanku bahwa anakku sudah mulai mempunyai nafsu segera kutepiskan, karena aku teringat kata-kata suamiku yang berkata bahwa anak laki-laki mulai berfantasi tentang seks saat ia berumur 12 tahun. Jadi kupikir ia masih terlalu jauh umurnya untuk sampai mempunyai keinginan menyetubuhiku. Setelah kutepiskan kekhawatiranku, aku kembali memperhatikan tingkah polah anakku diatas tubuhku. Kubelai rambutnya dengan penuh perhatian dan kasih sayang sebagai ibu. Merasakan belaianku, anakku terlihat seperti sedikit tersengat kaget. Mulutnya yang sedari tadi menghisapi putingku, dialihkan agar ia bisa menjamah leherku. Nafas menderu anakku dileherku membuatku sedikit merinding. Penisnya yang masih terlihat kecil buatku itu semakin sering menjamah belahan vaginaku. Aku yang sudah merasa lelah dan tidak ingin ia menyetubuhiku lama, membuatku berinisiatif meraih penis kecil anakku. Aku langsung arahkan saja penisnya ke mulut liang senggamaku. Ia yang merasa penisnya sudah siap tembak langsung dihentakkan agar bisa langsung melesak. "Ehhhss..." Desisku saat penisnya disodok kasar dan langsung melesak penuh didalam liang senggamaku yang belum basah oleh cairan sedikitpun. Sedikit perih memang, namun jika dibandingkan dengan penis ayahnya, masih lebih menyakitkan ayahnya yang mempunyai penis lebih besar. Begitu ia merasa penisnya berhasil melesak masuk dengan mantap, ia langsung menggenjot vaginaku dengan kecepatan penuh sampai tubuhku terhenyak-henyak. Nafasnya di leherku terasa berdengus-dengus sampai spontan aku lepas kerudungku agar anakku leluasa dalam mencium leherku. Kedua kakiku juga aku kangkangkan, agar ia dalam melakukan sodokan-sodokan penis bisa lebih leluasa. Namun anakku malah mengaitkan kedua kakiku itu dan membuat kedua kakiku menjepit pinggulnya yang terus bergerak naik turun dengan sangat cepat. Seperti itulah anakku siang itu menjamah, menggenjot dan menyetubuhi aku dengan gagahnya. Bolak-balik mulutnya berpindah-pindah dari leherku ke putingku untuk menyusu dan sebaliknya. Meski vaginaku mulai mengeluarkan lendir karena perbuatan anakku, aku sama sekali tidak berusaha menikmatinya. Karena bagiku, kenikmatanku dalam bercinta memang saat melihat laki-laki yang ada diatas tubuhku saat itu mengerang dan mencapai klimaksnya. Apalagi yang saat itu sedang menggagahi aku adalah anakku sendiri, yang otomatis sangat aku sayangi. Sampai akhirnya anakku merintih padaku, "Bu, aku kebelet pipis." "Ya udah, Pake bajumu, terus pipis. Dan habis itu bobo ya?" Jawabku pada anakku sambil membelainya yang meski begitu terus menggenjotkan penis kecilnya itu di dalam liang peranakanku. "Nanti saja bu, kalo sudah kebelet banget. Aku masih pingin naik turun." lanjut anakku dan membuatku tersenyum akan kepolosannya. Waktu itu aku sama sekali tidak punya pikiran aneh-aneh meski gerakan anakku kurasakan semakin kuat dan cepat. Sehingga aku malah semakin lembut membelai rambutnya. Sampai akhirnya aku merasakan penis kecil anakku berkedut-kedut. Tanpa sadar pula otot-otot vaginaku bereaksi dengan kedutan itu dan berkontraksi menjepit penis kecil anakku. Anakku kemudian menaikkan tubuhnya dan menumpukan beban tubuhnya ke kedua tangannya yang didirikan dikedua samping kepalaku. Penisnya dipaksa masuk lebih dalam, persis seperti saat ayahnya hendak orgasme dan hampir mendapatkan klimaksnya. Dan sekali lagi aku tidak merespon sampai sejauh itu. Dalam pikiranku waktu itu hanya melayani apa yang dilakukan anakku agar ia mau menurutiku tidur siang. Kedutan penis anakku kurasakan semakin keras, dan sodokan penisnya didalam vagina yang telah melahirkannya pun semakin kasar dan memaksa agar bisa memasuki tubuhku lebih dalam lagi. Tanpa sadar aku membantunya dengan memegangi pinggulnya dan ikut mendorong-dorong bokongnya. "Ughh..." desahku menahan rasa yang kudapatkan dari anakku. Dan akhirnya, "Crett.. Crett.." Kurasakan ada cairan yang hangat membasahi rongga menuju rahimku. Rasanya deras sekali menyembur-nyembur. Anakku sendiri kelihatan menghentak-hentak hebat sampai mendongakkan kepalanya keatas sebelum akhirnya terkulai dalam pelukanku. "Enghh... maaf bu. Aku tadi pipis didalam memek ibu." Kata anakku dengan nafas tersengal. Aku yang mengira anakku memang benar-benar kencing di dalam liang senggamaku tersenyum mendengar apa yang dikatakannya. Sehingga aku menjawab dengan bercanda sambil menyuruhnya agar cepat-cepat menyusu agar cepat tertidur siang, "Ya udah. Kalo gitu langsung bobo saja sekarang. Nih, biasanya sambil mimik kalo mau bobo?" Setelah ia tertidur diatas tubuhku, aku sempatkan lepaskan penis kecilnya yang sudah mengkerut di dalam liang senggamaku. Kugulingkan tubuh anakku agar tidak menindihku. Dan saat aku hendak membenahi daster terusanku yang sudah acak-acakan sehabis melayani anakku bersetubuh denganku, aku kaget setengah mati. Kurasakan ada cairan hangat yang mengalir keluar dari mulut vaginaku. Waktu kulihat cairan yang keluar berwarna putih kental, aku langsung sadar bahwa anakku baru memasukkan spermanya ke dalam rahimku.

Ibuku Sangat Menyukai Persetubuhanku Denggannya

Sekarang aku kuliah di salah satu PTS terkenal di Bandung, dan tinggal di rumah di kawasan sejuk dan elite di kawasan Bandung utara dengan ibu, adik dan pembatuku. Sejak SMA aku dan adikku tinggal bersama nenekku di Bandung, sementara ibu dan ayahku tinggal di Surabaya karena memang ayah mempunyai perusahaan besar di wilayah Jawa Timur, dan sejak nenek meninggal ibu kemudian tinggal lagi bersama kami, sedangkan ayah hanya pulang sebulan atau dua bulan sekali seperti biasanya sebelum nenekku meninggal. Sebenarnya kami diajak ibu dan ayahku untuk tinggal di Surabaya, namun adik dan aku tidak mau meninggalkan Bandung karena kami sangat suka tinggal di tempat kami lahir. Saat itu aku baru lulus SMA dan sedang menunggu pengumuman hasil UMPTN di Bandung, dan karena sehari-hari tidak ada kerjaan, ibu yang saat itu sudah tinggal bersama kami, meminta aku untuk selalu menjemputnya dari tempat aerobik dan senam setiap malam. Ibuku memang pandai sekali merawat tubuhnya dengan senam/aerobik dan renang, sehingga walaupun usianya hampir 39 tahun, ibuku masih terlihat seperti wanita 27 tahunan dengan tubuh yang indah dengan kulit putih mulus dan dada yang masih terlihat padat dan berisi walaupun di wajahnya sudah terlihat sedikit kerutan, tetapi akan hilang bila ibu berdandan hingga kemudian terlihat seperti wanita 27 tahunan. Aku mulai memperhatikan ibuku karena setiap aku jemput dari tempat senamnya ibuku tidak mengganti pakaian senamnya dulu setelah selesai dan langsung pulang bersamaku, dan baru mandi dan berganti pakaian setelah kami sampai di rumah. Karena setiap hari melihat ibuku dengan dandanan seksinya, otak ku mulai membayangkan hal-hal aneh tentang tubuh ibuku. Bagaimana tidak, aku melihat ibuku yang selalu memakai pakaian senam ketat dengan payudara yang indah menonjol dan pantat yang masih padat berisi. Suatu hari, saat aku telat menjemput ibuku di tempat senamnya, aku tidak menemukan ibuku di tempat biasanya dia senam, dan setelah aku tanyakan kepada teman ibuku, dia bilang ibuku sedang di sauna dan bilang agar aku menunggu di tempat sauna yang tidak jauh dari ruangan senam. Aku pun beegegas menuju ruangan sauna karana aku tidak mau ibuku menunggu terlalu lama. Saat sampai di sana, wow.. aku melihat ibuku baru keluar dari ruangan hanya dengan memakai handuk yang hanya menutupi sedikit tubuhnya dengan melilitkan handuk yang menutupi dada perut dan sedkit pahanya, sehingga paha ibu yang mulus dan seksi itu terlihat dengan jelas olehku. Aku hanya terdiam dan menelan ludah saat ibuku menghanmpiriku dan bilang agar aku menunggu sebentar. Kemudian ibuku membalikkan tubuhnya dan kemudian terlihatlah goyangan pinggul ibuku saat dia berjalan menuju ruangan ganti pakaian. Tanpa sadar krmaluanku mengeras saat kejadian tadi berlangsung. Aku berani bertaruh pasti semua laki-laki akan terpesona dan terangsang saat melihat ibuku dengan hanya memakai handuk yang dililitkan di tubuhnya. Di dalam perjalanan, aku hanya diam dan sesekali melirik ibuku yang duduk di sampingku, dan aku melihat dengan jelas goyangan payudara ibuku saat mobil bergetar bila sedang melalui jalan yang bergelombang atau polisi tidur. Ibuku berpakaian biasa dengan kaos oblong yang agak ketat dan celana panjang ketat, dan setiap aku melirik ke paha ibu terbayang lagi saat aku melihat paha ibuku yang putih mulus tadi di tempat sauna. "Bob.. kok kamu diem aja, dan kenapa celana kamu sayang?" tanya ibuku mengagetkan aku yang agak melamun membayangkan tubuh ibuku. "Enggak Mi.. enggak," jawabku gugup. Kami pun sampai di rumah agak malam karena aku telat menjemput ibuku. Sesampainya di rumah, ibu langsung masuk ke kamarnya dan sebelum dia masuk ke kamarnya, ibu mencium pipiku dan bilang selamat malam. Kemudian dia masuk ke kamarnya dan tidur. Malam itu aku tidak bisa tidur membayangkan tubuh ibuku, gila pikirku dalam hati dia ibuku, tapi.. akh.. masa bodoh pikirku lagi. Aku mencoba onani untuk "menidurkan burung"-ku yang berontak minta masuk ke sarang nya. Gila pikirku lagi. Mau mencari cewek malam sih bisa saja, tapi saat itu aku menginginkan ibuku. Perlahan-lahan aku keluar kamar dan berjalan menuju kamar ibuku di lantai bawah. Adik perempuanku dan pembantuku sudah tidur, karena saat itu jam satu malam. Otakku sudah mengatakan aku harus merasakan tubuh ibuku, nafsuku sudah puncak saat aku berdiri di depan pintu kamar ibuku. Kuputar kenop pintu nya, aku melihat ibuku tidur terlentang sangat menantang. Ibuku tidur hanya menggunakan kaos oblong dan celana pendek yang longgar. Aku berjalan mendekati ibuku yang tidur nyenyak, aku diam sesaat di sebelah ranjangnya dan memperhatikan ibuku yang tidur dengan posisi menantang. Kemaluanku sudah sangat keras dan meronta ingin keluar dari celana pendek yang kupakai. Dengan gemetar aku naik ke ranjang ibu, dan mencoba membelai paha ibuku yang putih mulus dan sangat seksi, dengan tangan bergetar aku membelai dan menelusuri paha ibuku dan terus naik ke atas. Kemaluanku sudah sangat keras dan terasa sakit karena batang kemaluanku terjepit oleh celanaku. Aku kemudian membuka celanaku dan keluarlah "burung perkasa"-ku yang sudah sangat keras. Aku kemudian mencoba mencium leher dan bibir ibuku. Aku mencoba meremas payudara ibuku yang besar dan montok, aku rememas payudara ibu dengan perlahan. Takut kalau ia bangun, tapi karena nafsuku sudah puncak aku tidak mengontrol remasan tanganku ke payudara ibuku. Aku kemudian mengocok batang kemaluanku sambil meremas payudara ibu, dan karena remasanku yang terlalu bernafsu ibu terbangun, "Bobi.. kamu.. apa yang kamu lakukan, aku ibumu sayang.." sahut ibuku dengan suara pelan aku kaget setengah mati, tapi anehnya batang kemaluan masih keras dan tidak lemas. Aku takut dan malah makin nekat, terlanjur pikirku, aku langsung mencium leher ibuku dengan bernafsu sambil terus meremas payudara ibuku. Dalam pikiranku hanya ada dua kemungkinan, menyetubuhi ibuku kemudian aku kabur atau dia membunuhku. "Cukup Bobi.. hentikan sayang.. akh.." kata ibuku. Tapi yang membuatku aneh ibu tidak sama sekali menolak dan berontak. Malah ibu membiarkan bibirnya kucium dengan bebas dan malah mendesah saat kuhisap leher dan di belakang telinganya, dan aku merasa burungku yang dari tadi sudah keras seperti ada yang menekannya, dan ternyata itu adalah paha ibuku yang mulus. "Sayang kalau kamu mau.. bilang aja terus terang.. Mami mau kok.." kata ibuku di antara desahannya. Aku kaget setengah mati, berarti ibuku sangat suka aku perlakukan seperti ini. Aku kemudian melepaskan ciumanku di lehernya dan kemudian berlutut di sebelah ibuku yang masih berbaring. Batang kemaluanku sudah sangat keras dan ternyata ibu sangat suka dengan ukuran batang kemaluanku, ibu tersenyum bangga melihat batang kemaluanku yang sudah maksimal kerasnya. Ukuran batang kemaluanku 15 cm dengan diameter kira-kira 4 cm. Aku masih dengan gemas meremas payudara ibu yang montok dan masih terasa padat. Aku membuka kaos yang ibu pakai dan kemudian sambil meremas payudara ibu aku berusaha membuka bra yang ibu pakai, dan satelah bra yang ibuku kenakan terlepas, kulihat payudara ibu yang besar dan masih kencang untuk wanita seumurnya. Dengan ganas kuremas payudara ibu, sedangkan ibu hanya mendesah keenakan dan menjerit kecil saat kugigit kecil puting payudara ibu. Kuhisap puting payudara ibu dengan kuat seperti ketika aku masih bayi. Aku menghisap payudara ibu sambil kuremas-remas hingga puting payudara ibu agak memerah karena kuhisap. Payudara ibuku masih sangat enak untuk diremas karena ukurannya yang besar dan masih kencang dan padat. "Bob kamu dulu juga ngisep susu ibu juga kaya gini.." kata ibuku sambil dia merem-melek karena keenakan puting susunya kuhisap dan memainkannya dengan lidahku. Ibu menaikkan pinggulnya saat kutarik celana pendeknya. Aku melihat CD yang ibu kenakan sudah basah. Aku kemudian mencium CD ibuku tepat di atas kemaluan ibu dan meremasnya. Dengan cepat kutarik CD ibu dan melemparkannya ke sisi ranjang, dan terlihatlah olehku pemandangan yang sangat indah. Lubang kemaluan ibuku ditumbuhi bulu halus yang tidak terlalu lebat, hingga garis lubang kemaluan ibuku terlihat. Kubuka paha ibuku lebar, aku tidak kuasa melihat pemandangan indah itu dan dengan naluri laki-laki kucium dan kuhisap lubang dimana aku lahir 18 tahun lalu. Kujilat kliteris ibuku yang membuat ibuku bergetar dan mendesah dengan kuat. Lidahku bermain di lubang senggama ibuku, dan ibuku malah menekan kepalaku dengan tangannya agar aku makin tenggelam di dalam selangkangannya. Cairan lubang kemaluan ibu kuhisap dan kujilat yang membuat ibuku makin tak tahan dengan perlakuanku, dia mengelinjang hebat, bergetar dan kemudian mengejang sambil menengadah dan berteriak. Aku merasakan ada cairan kental yang keluar dari dalam lubang kemaluan ibu, dan aku tahu ibu baru orgasme. Kuhisap semua cairan lubang kemaluan ibuku hingga kering. Ibu terlihat sangat lelah. Aku kemudian bangun dan dengan suara pelan karena kelelahan ibu bilang, "Sayang sini Mami isep kontolmu," dan tanpa di komando dua kali aku kemudian duduk di sebalah wajah ibuku, dan kemudian dengan perlahan mulut ibuku mendekat ke burungku yang sudah sangat keras. Ibuku membelai batang kemaluanku tapi dia tidak memasukkan batang kemaluanku ke mulutnya. Padahal jarak antara mulut ibuku dengan batang kemaluanku hanya tinggal beberapa centi saja. Aku sudah tidak tahan lagi dan kemudian kudorong kepala ibuku dan dengan leluasa batang kemaluanku masuk ke mulut ibu. dengan cepat dan liar ibuku mengocok batang kemaluanku di dalam mulutnya. Aku sudah tidak tahan lagi, kenikmatan yang kurasakan sangat luar biasa dan tidak dapat kulukiskan dengan kata-kata, dan akhirnya aku sudah tidak tahan lagi dan.. "Cret.. cret.. crett.." maniku kusemprotlkan di dalam mulut ibuku. Ibu kemudian memuntahkannya dan hanya yang sedikiti dia telan, dan masih dengan liar ibuku membersihkan batang kemaluanku dari sisa-sisa air maniku yang menetes di batang kejantananku. Ibuku tersenyum dan kemudian kembali berbaring sambil membuka pahanya lebar-lebar. Ibuku tersenyum saat melihat batang kemaluanku yang masih dengan gagahnya berdiri, dan seperti sudah tidak sabar untuk masuk ke dalam sarangnya yang hangat. Aku kemudian mengambil posisi di antara kedua paha ibuku, batang kemaluanku terasa berdenyut saat ibu dengan lembut membelai dan meremas batang kemaluanku yang sudah sangat keras. Dengan tangan yang bergetar kuusap permukaan lubang kemaluan ibuku yang dipenuhi bulu-bulu halus dan sisa cairan lubang kemaluan yang kuhisap tadi masih membasahi bibir lubang kemaluan ibuku yang terlihat sangat hangat dan menantang. "Ayo dong Sayang, kamu kan tahu dimana tempatnya.." kata ibuku pasrah, kemudian tangannya menuntun batang kemaluanku untuk masuk ke dalam lubang kemaluannya. Tanganku bergetar dan batang kemaluanku terasa makin berdenyut saat kepala batang kemaluanku menyentuh bibir lubang kemaluan ibu yang sudah basah, dan dengan perasaan yang campur aduk, kudorong pinggulku ke depan dan masuklah batang kemaluanku ke dalam lubang kemaluan ibu yang sudah agak membuka, dan tenggelam sudah batang kemaluanku ke dalam liang senggama milik ibuku. Aku merasakan sensasi yang sangat dasyat saat dinding lubang kemaluan ibu seperti memijat batang kemaluanku, gila meski aku pernah ML dengan anak ABG, lubang kemaluan ibuku terasa sangat nikmat dan luar biasa di banding dengan yang lainnya. Aku menggoyang pinggulku naik-turun diimbangi dengan goyangan pinggul ibuku yang sangat dasyat dan liar. Kami kemudian berganti posisi dengan ibu berada di atasku hingga ia dapat menduduki batang kemaluanku, dan terasa sekali kenikmatan yang ibu berikan kepadaku. Goyangan yang cepat dan liar dan gerakan tubuh yang naik turun membuat tubuhku hanyut ke dalam kenikmatan seks yang kurasakan sangat dasyat. Tibalah saat ibuku orgasme, goyangannya makin cepat dan desahannya semakin tidak karuan, aku dengan nikmat merasakannya sambil kuhisap dan meremas pauyudara ibu yang bergoyang seirama dengan naik-turunnya tubuh ibuku menghabisi aku. Ibu mengerang dan mengejang saat kurasakan ada cairan hangat yang membasahi batang kejantananku yang masih tertanam di dalam lubang kemaluan ibuku. Beberapa saat setelah ibu terkulai lemas aku merasakan bahwa aku akan mencapai puncak, dan dengan goyangan dan tusukan yang menghujam lubang kemaluan ibuku, "Cret.. crett.. cret.." air maniku menghambur di dalam lubang kemaluan ibuku. Aku merasakan nikmat yang tidak dapat kukatakan. Saat aku masih menikmati sisa-sisa kemikmatan itu, ibu mencium bibirku dan berkata, "Sayang.. Mami lupa kalo Mami enggak pake kontrasepsi. Tadi Mami mau bilang kalo kamu orgasme biar di mulut Mami aja.. tapi Mami kagok.." Aku hanya terdiam dan malah mencium bibir ibuku yang masih menindih tubuhku dengan mesra. Kemudian ibuku berbaring di sampingku, aku memeluk dia dan kami berciuman dengan mesra seperti sepasang kekasih. Kami pun tertidur karena pertempuran yang sangat melelahkan itu. Pagi harinya saat aku bangun ibuku sudah tidak ada di sebelahku, dan kemudian aku berpakaian dan menuju dapur mencari ibuku, dan kulihat ibuku tengah menyiapkan sarapan bersama adikku yang masih SMP. Aku bingung dan segan karena ibuku seakan-akan malam tadi tidak terjadi apa-apa di antara kami, padahal aku telah menyetubuhi ibu kandungku sendiri tadi malam. Seperti biasanya, aku menjemput ibuku dari tempat dia senam, dan saat perjalanan pulang kami mengobrol tentang persetubuhan kami tadi malam dan kami berjanji hanya kami yang mengetahui kajadian itu. Tiba-tiba saat mobil kami sedang berada di jalan yang sepi dan agak gelap, ibuku menyuruhku menghentikan mobil, aku menurut saja. Setelah mobil di pinggirkan, dengan ganas ibuku mengulumku. Kemudian membuka celanaku dan menghisap batang kemaluanku yang sudah keras saat ibuku mengulum bibirku tadi. Aku hanya terengah-engah merasakan batang kemaluanku dihisap oleh ibuku sambil mengocoknya, dan beberapa saat kemudian.. "Cret.. cret.. crett.." maniku menyembur di dalam mulut ibuku dan dia menelan habis maniku walaupun ada sedikit yang meleler keluar. Ibuku kemudian membersihkan sisa maniku yang menetes di tangannya dan batang kemaluannku. Tak kusangka ibuku kembali menelan calon-calon cucunya ke dalam perutnya. Tapi aku sih asyik-asyik saja ibuku mau menghisap batang kemaluanku saat kami masih di dalam mobil. Kami berciuman dan melanjutkan perjalanan pulang dan kemudian tidur seranjang dan "bermain" lagi. Kami berdua terus melakukannya tanpa sepengetahuan orang lain. Sejak persetubuhan kami yang pertama, sebulan kemudian ibuku merasa dia hamil, dan ibu bilang bahwa sebelum bersetubuh denganku, ibu sudah lebih dari 3 bulan tidak bersetubuh dengan ayahku, karena memang ayahku terlalu sibuk dengan perusahaan, dan hotel-hotelnya. Ibuku bilang ibu hamil olehku karena selain dengan ayahku dan aku, ibu belum pernah berhubungan seks dengan lelaki lain. Ibu menggugurkan kandungannya karena dia tidak mau punya bayi dari aku, aku pun tidak mau mempunyai bayi dari rahim ibuku. Tapi kami masih terus melakukannya lagi dan selalu tidur bersama bila adik dan pembantuku sudah tidur.

Aku Lampiaskan Nafsuku Pada Anakku

Bukan salahku kalau aku masih menggebu-gebu dalam berhubungan seks. Sayangnya suamiku sudah uzur, kami beda umur hampir 15 tahun, sehingga dia tidak lagi dapat memberi kepuasan kepadaku. Dan bukan salahku pula kemudian aku mencari pelampiasan pada pria-pria muda di luar, untuk memenuhi hasrat seks-ku yang kian menggebu di usia kepala 3 ini. Namun sepandai-pandainya aku berselingkuh akhirnya ketahuan juga. Suamiku marah bukan kepalang memergoki aku berpelukan dengan seorang pria muda sambil telanjang bulat di sebuah motel. Dan ultimatum pun keluar dari suamiku. Aku dilarang olehnya beraktivitas di luar rumah tanpa pengawalan. Entah itu dengan suamiku ataupun kedua anakku. Tak sedikitpun aku lepas dari pengawasan mereka bertiga. Secara bergantian ketiganya mengawasiku. Tommy anak sulungku yang baru masuk kuliah dapat giliran mengawasi di pagi hari karena dia masuk siang. Siangnya giliran Bagus yang duduk di kelas dua SMA, untuk mengawasiku. Dan malamnya suamiku kena giliran. Tentu saja aktivitas seks-ku pun terganggu total. Hasratku sering tak terlampiaskan, akibatnya aku sering uring-uringan. Memang sih aku bisa masturbasi, tapi kurang nikmat. Dua minggu berlalu aku masih bisa menahan diri. Sebulan berlalu aku sudah stres berat. Bahkan frekuensi masturbasiku terus bertambah, sampai pernah sehari 10 kali kulakukan. Tapi tetap saja tak pernah mencapai kepuasan yang total. Aku masih butuh kemaluan laki-laki! Seperti pada pagi hari Senin, saat bangun pagi jam 8 rumah sudah sepi. Suamiku dan Bagus sudah pergi, dan tinggal Tommy yang ada di bawah. Aku masih belum bangkit dari tempat tidurku, masih malas-malasan untuk bangun. Tiba-tiba aku tersentak karena merasa darahku mengalir dengan cepat. Ini memang kebiasaanku saat bangun pagi, nafsu seks-ku muncul. Sebisanya kutahan-tahan, tapi selangkanganku sudah basah kuyup. Aku pun segera melorotkan CD-ku dan langsung menyusupkan dua jari tangan kananku ke lubang kemaluanku. Aku mendesis pelan saat kedua jari itu masuk, terus kukeluar-masukkan dengan pelan tapi pasti. Aku masih asyik bermasturbasi, tanpa menyadari ada sesosok tubuh yang sedang memperhatikan kelakuanku dari pintu kamar yang terbuka lebar. Dan saat mukaku menghadap ke pintu aku terkejut melihat Tommy, anak sulungku, sedang memperhatikanku bermasturbasi. Tapi anehnya aku tidak kelihatan marah sama sekali, tangan kanan masih terus memainkan kemaluanku, dan aku malah mendesah keras sambil mengeluarkan lidahku. Dan Tommy tampak tenang-tenang saja melihat kelakuanku. Aku jadi salah tingkah, tapi merasakan liang vagina yang makin basah saja, aku turun dari tempat tidur dan berjalan ke arah Tommy. Anak sulungku itu masih tenang-tenang saja, padahal saat turun dari tempat tidur aku sudah melepas pakaian dan kini telanjang bulat. Aku yang sudah terbuai oleh nafsu seks tak mempedulikan statusku lagi sebagai mamanya. Saat kami berhadapan tangan kanan langsung meraba selangkangan anak sulungku itu. "Bercintalah dengan Mama, Tommy!" pintaku sambil mengelus-elus selangkangan Tommy yang sudah tegang. Tommy tersenyum, "Mama tahu, sejak Tommy berumur 17 Tommy sudah sering membayangkan bagaimana nikmatnya kalo Tommy bercinta dengan Mama..." Aku terperangah mendengar omongannya. "Dan sering kalo Mama tidur, Tommy telanjangin bagian bawah Mama serta menjilatin kemaluan Mama." Aku tak percaya mendengar perkataan anak sulungku ini. "Dan kini dengan senang hati Tommy akan entot Mama sampai Mama puas!". Tommy langsung memegang daguku dan mencium bibirku dan melumatnya dengan penuh nafsu. Lidahnya menyelusuri rongga mulutku dengan ganas. Sementara kedua tangannya bergerilya ke mana-mana, tangan kiri meremas-remas payudaraku dengan lembut sementara tangan kanannya mengelus permukaan kemaluanku. Aku langsung pasrah diperlakukan anakku sedemikian rupa, hanya sanggup mendesah dan menjerit kecil. Puas berciuman, Tommy melanjutkan sasarannya ke kedua payudaraku. Kedua puting susuku yang waktu kecil pernah Tommy hisap, kembali dihisap anak sulungku itu dengan lembut. Kedua permukaan payudaraku dijilati sampai mengkilat, dan aku sedikit menjerit kecil saat putingku digigitnya pelan namun mesra. Aduh, tak henti-hentinya aku mendesah akibat perlakuan Tommy. Ciuman Tommy berlanjut ke perut, dan anakku itu pun berjongkok sementara aku tetap berdiri. Aku tahu apa yang akan Tommy lakukan dan ini adalah bagian di mana aku sering orgasme. Yah, aku paling tak tahan kalau kemaluanku di oral seks. Tommy tersenyum sebentar ke arahku, sebelum mulutnya mencium permukaan lubang tempat di mana dia dulu pernah keluar. Lidahnya pun menari-nari di liang vagina mamanya, membuatku melonjak bagai tersetrum. Kedua tanganku terus memegangi kepalanya yang tenggelam di selangkanganku, saat lidahnya menjilati klitorisku dengan lembut. Dan benar saja, tak lama kemudian tubuhku mengejang dengan hebatnya dan desahanku semakin keras terdengar. Tommy tak peduli, anak sulungku itu terus menjilati kemaluanku yang memuncratkan cairan-cairan kental saat aku berorgasme tadi. Aku yang kelelahan langsung menuju tempat tidur dan tidur telentang. Tommy tersenyum lagi. Anakku itu kini melucuti pakaiannya sendiri dan siap untuk menyetubuhi mamanya dengan penisnya yang telah tegang. Tommy bersiap memasukkan penisnya ke lubang vaginaku, dan aku menahannya, "Tunggu sayang, biar Mama kulum burungmu itu sebentar." Tommy menurut, di sodorkannya penis yang besar dan keras itu ke arah mulutku yang langsung mengulumnya dengan penuh semangat. Penis anakku itu kini kumasukkan seluruhnya ke dalam mulutku sementara anakku membelai rambutku dengan rasa sayang. Batangnya yang keras kujilati hingga mengkilap. "Sekarang kau boleh entot kemaluan Mama, Tom.." kataku setelah puas mengulum penisnya. Anakku itu mengangguk. Penisnya segera dibimbing anakku menuju lubang kemaluan tempat Tommy lahir. Vaginaku yang basah kuyup memudahkan penis Tommy untuk masuk ke dalam dengan mulus. "Ahh.. Tomm!" aku mendesah saat penis Tommy amblas dalam kemaluanku. Tommy lalu langsung menggenjot tubuhnya dengan cepat, lalu berubah lambat tapi pasti. Diperlakukan begitu kepalaku berputar-putar saking nikmatnya. Apalagi Tommy seringkali membiarkan kepala penisnya menggesek-gesek permukaan kemaluanku sehingga aku kegelian. Berbagai macam posisi diperagakan oleh Tommy, mulai dari gaya anjing sampai tradisional membuatku orgasme berkali-kali. Tapi anak sulungku itu belum juga ejakulasi membuatku penasaran dan bangga. Ini baru anak yang perkasa. Dan baru saat aku berada di atas tubuhnya, Tommy mulai kewalahan. Goyangan pinggulku langsung memacunya untuk mencapai puncak kenikmatan. Dan saat Tommy memeluk dengan erat, saat itu pula air mani anak sulungku itu membasahi kemaluanku dengan derasnya, membuatku kembali orgasme untuk yang kesekian kalinya. Selangkanganku kini sudah banjir tidak karuan bercampur aduk antara mani Tommy dengan cairanku sendiri. Tommy masih memelukku dan mencium bibirku dengan lembut. Dan kami terus bermain cinta sampai siang dan baru berhenti saat Bagus pulang dari sekolah. Sejak saat itu aku tak lagi stress karena sudah mendapat pelampiasan dari anakku. Setiap saat aku selalu dapat memuaskan nafsuku yang begitu besar. Dan tidak seorang pun mengetahui kecuali kami berdua.

Ibu Yang Kesepian

Beberapa minggu setelah kejadian pertama dengan Basuki, aku telah berpikir. Aku rasa anakku yang kedua, Banu, juga harus mendapatkan jatah seperti kedua saudaranya. Tidak adil rasanya jika dia tidak mendapatkannya. Lagipula, semua yang aku lakukan sudah telanjur jauh. Mengapa tidak aku teruskan saja. Hanya saja aku belum mendapatkan cara yang tepat untuk meminta anakku Banu. Mungkin aku sudah terkena penyakit kelainan sex karena aku sangat menikmati hubunganku dengan anak-anakku sendiri. Tapi biarlah, daripada harus menjajakan diri, aku pikir lebih baik begitu. Kesempatan untuk bersetubuh dengan Banu akhirnya datang ketika kedua Saudaranya sedang tidak ada di rumah. Bari sedang ke rumah temannya, sedangkan Basuki pergi ke kota lain selama beberapa hari. Jadi otomatis aku tidak mendapatkan kepuasan selama beberapa hari itu, karena aku tidak disentuh oleh kedua anakku yang telah menjadi pemuas nafsuku. Aku tidak mampu lagi menahan nafsuku untuk bersetubuh, dan aku tidak mau bersetubuh dengan orang lain yang tidak aku kenal. Aku bingung. Sampai ketika aku sedang duduk di ruang tengah aku melihat Banu yang baru saja selesai mandi dan keluar dari kamar mandi dengan hanya mengenakan celana pendek. Aku terkesiap. Ternyata tubuh Banu tidak jauh berbeda dengan kedua saudaranya. Atletis dan juga mengagumkan. Hasratku yang sudah sampai ke ubun-ubun menggelapkan nuraniku. Aku berpikir, biarlah sekalian aku nikmati tubuh semua anak-anakku. Tanpa pikir panjang, aku panggil Banu. “Banu, kemari sebentar Nak,” panggilku. Banu menoleh ke arahku dan berjalan menghampiriku. “Ada apa Bu? Banu baru mandi nih. Mau pake baju dulu,” kata Banu sambil menghampiriku. “Tidak usah pakai baju Nak. Kemari sebentar. Ibu mau bicara dengan kamu.” Kataku meyakinkan Banu. “Tapi Bu, Banu kedinginan. Banu mau pakai baju dulu,” jawab Banu ngotot. “Udah, nggak usah membantah Ibu,” kataku sambil berdiri dan menarik tangan Banu untuk mendekat. “Duduk di samping Ibu,” kataku lagi. Banu pun akhirnya menurut dan duduk di sampingku. Aku pandangi tubuh setengah telanjang yang duduk di sampingku. Sempurna. Itulah yang ada di benakku saat ini. “Boleh Ibu tanya Nak?” tanyaku kepada Banu. “Ya tentu saja boleh Bu, emang ada apa sih?” Banu balik bertanya kepadaku sambil matanya memandangku penuh selidik. “Kamu udah punya pacar Nak?” tanyaku basa basi. “Ya belum donk Bu, emang kenapa sih Ibu tanya itu?” jawab Banu. “Jadi kamu belum pernah ciuman donk?” tanyaku memancing. Banu kelihatan keheranan dengan pertanyaanku tadi. Dia hanya diam beberapa saat. “Ya belum pernah donk. Kok Ibu tanya begitu sih? Ada apa?” tanya Banu keheranan. “Nggak kok. Kalau memang belum pernah, Ibu cuman ingin mengajari kamu ciuman. Itu pun kalau kamu mau?” jawabku ngawur. “Ibu serius? Ibu nggak sedang bercanda kan?” tanya Banu lagi dengan nada tidak percaya. Aku hanya menganggukkan kepala, lalu mendekatkan tubuhku kepadanya. Kepala kami begitu dekat sehingga aku bisa merasakan hembusan nafasnya. Aku dekatkan bibirku ke bibirnya. Lalu aku tempelkan bibirku. Banu hanya diam saja dan tidak bereaksi. Aku mencoba lebih aktif lagi. Aku dekap tubuhnya, sehingga tubuh kami bersatu. “Kalau ciuman, bibirnya dibuka sedikit donk Nak,” pintaku karena bibir Banu hanya tertutup rapat. Aku cium lagi bibirnya, dia membuka bibirnya sedikit sehingga aku mencoba memasukkan lidahku ke mulutnya. Lidahku dan lidahnya beradu di dalam mulutnya. Terkadang aku sedot mulutnya untuk mendapatkan sedikit air ludahnya. Lalu aku telan air ludahnya yang terasa nikmat. Setelah sekitar 15 menit kami berciuman dengan mesranya, aku lepaskan dekapanku pada tubuhnya. Banu seperti tidak rela untuk melepaskan diriku. “Bagaimana Nak? Kamu suka?” tanyaku. “Enak sekali Bu. Boleh lagi? Banu masih pengen nih.” Kata Banu sambil terengah-engah. “Boleh saja Nak. Bahkan lebih juga boleh kok.” kataku lagi. Aku berdiri di hadapannya. Lalu aku perlahan-lahan menurunkan resleting dasterku. Aku turunkan dasterku dan aku buang ke samping sofa. Sekarang aku hanya menggunakan BH dan celana dalam saja. Aku lihat Banu terkesiap dan menelan ludah melihat pemandangan yang indah di depannya. Aku melangkah mendekat ke arahnya. Aku dekatkan wajahku. Kami pun berciuman kembali. Kali ini Banu sudah lebih mahir. Dia memasukkan lidahnya ke dalam mulutku. Lidah kami bertautan seperti dua ekor ular yang sedang bertarung. Hanya suara desahan kami berdua yang memenuhi ruangan itu. Aku pegang tangan kanannya dan aku arahkan ke buah dadaku yang masih terbalut oleh bra. Secara alami tangan Banu mulai meremas-remas payudaraku dari luar bra. Aku semakin terangsang saat tangannya meremas payudaraku. Tangan kiriku mengusap-usap bagian luar celananya. “Buka BH Ibu, sayang.. Ohh,” pintaku sambil mendesah. Tanpa diminta dua kali, tangan Banu dengan cekatan membuka kaitan BH-ku. Kini di depan wajahnya terpampang dua buah bukit kembar yang sangat ranum dan menggairahkan. “Bu, susu Ibu gede sekali, ukuran berapa sih Bu?” tanya Banu takjub melihat besarnya payudaraku. “38B sayang, gede kan? Kamu suka sayang?” jawabku penuh nada kebanggaan pada propertiku yang satu ini. “Pegang susu Ibu sayang,” pintaku sambil mendekapkan tangannya ke payudaraku. Mungkin ini yang disebut dengan nafsu alami. Secara otomatis tangannya mulai meremas-remas payudaraku. Aku hanya bisa mendesah-desah tak karuan mendapatkan perlakuan seperti itu. Tak hanya meremas-remas, sepuluh menit kemudian Banu secara naluriah mulai mengecup dan menjilati kedua gunung kembar yang ada di depannya. “Ahh.. Enaak.. Sayang.. Teruuss.. Emmpphh..” aku meracau tak karuan mendapat perlakuan seperti itu. Kini hanya sehelai celana dalam yang melekat di tubuh kami. Tak sabar, aku menjauhkan kepala Banu dari kedua gunung kembarku. Aku suruh Banu untuk duduk di sofa. Peluh membasahi tubuh kami berdua meskipun permainan baru saja di mulai. Aku berjongkok di antara kedua belah pahanya yang terbuka. Aku pandangi tonjolan besar yang berada dalam penjara yang disebut celana dalam. Aku usap-usap bagian luar celana Banu. Banu menggelinjang mendapat perlakuan seperti itu. Perlahan aku pegang pinggiran celana dalam Banu dan aku berusaha untuk melepaskan celana dalam itu dari tubuhnya. Sebuah pemandangan yang sangat indah bagiku terpampang begitu saja ketika celana dalam itu sudah lepas dari tubuhnya. Kini Banu sudah telanjang bulat. Kontol yang sangat besar, dengan panjang sekitar 18 cm dan diameter yang cukup besar membuat diriku menelan ludah. Aku pegang kontol Banu dengan tangan kananku. Aku elus-elus kontol itu pelan-pelan. Banu hanya mendesah saja mendapatkan perlakuan itu. Aku dekatkan wajahku ke kontol Banu. Aku ciumi ujung kontol yang merekah itu, lalu aku jilati kontol itu. Banu semakin tidak karuan mendapat perlakuan yang semakin merangsang itu. Lima menit kemudian, aku masukkan kontol Banu ke dalam mulutku dan aku oral kontol Banu. “Ohh.. Enaakk Buu.. Teruus..” Banu mendesah. Aku memasukkan kontol Banu ke dalam mulutku dan juga secara bergantian mengocok kontolnya dengan tangan kananku sambil menjilati buah pelirnya. Setelah itu aku masukkan lagi kontol Banu ke dalam mulutku lalu aku memaju mundurkan mulutku sedangkan tanganku bekerja meremas-remas kedua pelirnya dengan lembut. “Enaakk.. Bu.. Kontooll.. enaakk.. Teruss..” Kata-kata semacam itu terus-menerus keluar dari mulut Banu. Sekitar sepuluh menit kemudian Banu memegang bagian belakang kepalaku seakan-akan tidak mau melepaskan hisapan mulutku dari kontolnya. “Buu.. Mauu.. Ke.. Lu. Aar.. Ceepaat..” teriak Banu. Aku semakin mempercepat kocokan mulutku di kontolnya. Tidak lama kemudian aku merasakan adanya denyutan-denyutan yang menandakan kalau Banu akan mencapai puncak. “Keluarkaan sayang, keluarkan di mulut Ibu,” kataku di antara desahan nafasku dan nafasnya dan di antara kesibukanku mengoral kontolnya. Creet.. Croot.. Creet.., mungkin sebanyak sembilan atau sepuluh semprotan sperma Banu memenuhi rongga mulutku. Hampir saja mulutku tidak dapat menampung banyaknya semprotan sperma Banu yang sangat banyak itu. Wangi dan gurih, itulah yang aku rasakan. Mungkin dikarenakan Banu masihlah perjaka (atau tidak??). Banu duduk telentang dan bersandar di sandaran sofa dengan nafas yang terengah-engah seperti baru berlarian. Tapi, dia memang baru saja ‘berlarian’ mengejar nafsunya bukan? Aku lalu duduk di sampingnya. Aku biarkan dia istirahat dulu, aku tidak ingin terburu-buru meskipun nafsuku sudah sampai ke ubun-ubun. Ini adalah yang pertama baginya. Aku ingin kepuasan untuk kami bedua. “Kamu capek Nak? Pejumu tadi benar-benar lezat Nak. Ibu sangat menikmatinya”, sanjungku tentang spermanya yang aku telan tadi. Banu hanya tersenyum saja mendengar sanjunganku. Setelah aku melihat Banu sudah mulai tenang, aku dekatkan wajahku ke wajahnya. Seperti sudah mengerti yang aku maksud, Banu juga mendekatkan wajahnya ke wajahku. Mulut kami bersatu dan kami berciuman. Aku buka sedikit mulutku, bagitu juga Banu. Lidahnya mulai masuk ke dalam mulutku dan menyapu seluruh rongga mulutku. Kedua lidah kami beradu, saling membelit dan saling menjilat. Aku dekap tubuhnya erat sedangkan Banu memegang bagian belakang kepalaku. Aku rasakan kedua gunung kembarku bersentuhan dengan dada bidang milik Banu. Banu berusaha menidurkan aku di sofa sambil kedua tangannya bergerilya di seluruh tubuhku. Sekarang aku telentang di sofa dan Banu berada di atas menindihku. “Ludahi Ibu, Nak. Ibu haus. Ludahi Ibu,” pintaku kepada Banu untuk memberikan air ludahnya kepadaku. Banu menjauhkan sedikit mulutnya dari mulutku. Mulut Banu mengecap-kecap, berusaha mengumpulkan air ludah sebanyak-banyaknya. Setelah dirasa cukup banyak, Banu mendekatkan mulutnya kembali ke mulutku. Aku membuka mulutku seperti ikan yang megap-megap kekurangan air. Perlahan Banu membuka mulutnya. Aku dapat melihat air ludah yang mengucur keluar dari mulut Banu. Aku dekatkan mulutku dan aku satukan mulutku dengan mulut Banu. Aku tampung semua air ludah yang dikeluarkan oleh Banu. Aku katupkan mulutku lalu aku kecap-kecap sebentar kumpulan air ludah Banu yang berada di mulutku lalu aku menelannya. Aku dekap kepalanya lalu kami berciuman kembali. Aku rasakan di bawah, kontolnya kembali menegang. Sesaat kemudian, aku lepaskan dekapanku lalu aku dorong tubuh Banu ke bawah. “Buka celana dalam Ibu Nak. Ayo lakukan,” aku meminta Banu untuk membuka celana dalamku. Banu mendekatkan kedua tangannya ke pahaku lalu menarik celana dalamku ke bawah. Aku mengangkat pantatku sedikit untuk memudahkan dirinya menelanjangiku. Tak sampai hitungan menit, celana dalamku sudah lepas dari tubuhku. Kini kami berdua sudah dalam keadaan telanjang bulat. Sekarang Banu benar-benar terpana melihat pemandangan paling indah yang tidak pernah dilihat atau bahkan diimpikan sepanjang hidupnya. Di hadapannya, sebuah vagina yang bersih karena tidak ada bulu-bulunya terpampang jelas di depan matanya. Aku melihat keragu-raguan di matanya. Seperti seorang guru yang sedang mengajari muridnya, aku dekatkan kepala Banu ke vaginaku. “Jangan bengong aja Nak. Cium memek ibu, jilat memek Ibu. Lakukan apa saja Nak,” aku menyuruh Banu untuk melakukan aksinya. Tak lama, Banu mendekatkan kepalanya ke vaginaku dan mulai menciumi permukaan vaginaku. Aku mendesah pelan. Lima menit setelah puas menciumi seluruh permukaan vaginaku, Banu mengeluarkan lidahnya dan mulai menjilati vaginaku. Aku merasakan permukaan yang kenyal dan basah yang menyentuh vaginaku. Perasaanku semakin tidak karuan saja. Tangan kananku berusaha membantu. Dengan dua jari aku berusaha membuka vaginaku sehingga sekarang tidak hanya permukaanya saja yang tersapu oleh lidah Banu, tetapi lidah Banu juga mulai masuk ke dalam vaginaku. Banu bahkan bisa menggigit-gigit kecil. Nafasku semakin tidak beraturan. Tanpa diperintah, Banu memasukkan dua jari tangan kanannya ke vaginaku. Aku semakin tidak karuan saja. Dia mengocok-ngocok vaginaku sambil tetap menjilatinya. Pantatku bergoyang-goyang tidak karuan. Tidak puas hanya menjilati vaginaku saja, saat pantatku terangkat Banu juga menjilati lubang pantatku. Aku sebenarnya ingin melarangnya karena itu menjijikkan tetapi aku tidak sanggup karena nafsu sudah menguasaiku. Tidak sampai lima belas menit kemudian aku merasakan ada dorongan kuat dalam diriku. “Ahh.. Ibuu mauu keluuaar.. Naakk..” teriakku mendekati orgasmeku yang pertama. Serr.., ser.., air maniku muncrat keluar. Seakan tidak ingin mengecewakan Ibunya, Banu membuka mulutnya lebar-lebar untuk menampung muncratan air maniku. Beberapa semprotan sempat mengenai wajahnya. Mulutnya menggembung seakan tidak muat menampung banyaknya air maniku yang memang sudah tidak keluar selama beberapa hari. Aku mengira Banu akan menelan air maniku, tetapi ternyata pikiranku salah. Setelah yakin bahwa vaginaku sudah tidak mengeluarkan mani lagi, Banu mendekatkan kepalanya ke kepalaku. Aku masih belum tahu apa maksudnya. Tangan kanan Banu memegang pipiku memintaku untuk membuka mulutku. Aku dapat menebak apa maunya, dan entah mengapa aku mau saja membuka mulutku lebar-lebar. Banu membuka mulutnya sedikit demi sedikit. Dan sedikit demi sedikut pula, setetes demi setetes air maniku yang sudah ditampung Banu di mulutnya menetes ke mulutku. Aku menerima tetesan demi tetesan. Tak lama, Banu mendekatkan mulutnya dan menciumku dengan mulut yang sedikit terbuka. Air mani yang sudah berpindah tempat ke mulutku dipermainkannya. Lalu Banu membalik tubuhku sehingga kini aku berada di atas tubuhnya sambil kedua mulut kami masih tetap menyatu. Dalam posisi di atas Banu, mau tidak mau air maniku yang sudah berada di mulutku kembali mengucur ke mulutnya karena mulut kami berdua membuka. Tak menyia-nyiakannya, kali ini Banu langsung menelan semua air maniku yang tadi kami buat mainan di mulut kami berdua. Ditelannya semua air mani itu tanpa sedikitpun yang tersisa untukku. “Aahh.. Segar sekali air mani Ibu.. Enak Bu..,” kata Banu sambil tersenyum di sela daesah nafasnya yang masih tidak teratur. “Kamu suka Nak? Ibu senang kalau kamu menyukainya. Peju kamu juga enak kok,” kataku menimpali, sambil tersenyum kepadanya. Tak berlama-lama, aku turun ke bagian selangkangannya. Aku pegang kontolnya yang masih tegang seperti tiang bendera. Aku pegang kontol Banu dengan tangan kananku. Tidak menunggu lama, aku oral lagi kontol Banu. Banu kembali mendesah-desah mendapat perlakuan itu lagi. Aku memajumundurkan mulutku yang sedang menghisap kontol anakku. Sepuluh menit kemudian, aku minta Banu untuk berdiri dari sofa. Aku tidur telentang di sofa menggantikan dirinya. “Masukkan kontolmu sayang. Memek Ibu sudah pengen ngerasain kontol gedemu,” pintaku kepada Banu sambl menyibakkan lubang vaginaku untuk memudahkan penetrasi yang akan dilakukan Banu. Banu memegang kontolnya dan bersiap-siap untuk mencobloskan ke vaginaku. Diusap-usapkannya ujung kontolnya di pintu masuk vaginaku dan.. Breess.. “Aahh..,” teriakku ketika kontol gede itu menembus vaginaku. Sleep.. Sleep.. Plok.., suara kocokan kontol banu di vaginaku. “Enaakk.. Yaangg.. Teruss.. Kontolmu gede.. Naak..” aku meracau tidak karuan. Banu tidak berkata apa-apa. Hanya desahan-desahan yang semakin keras yang keluar dari mulutnya. Keringat deras membasahi tubuhnya. Aku pandangi wajahnya. Betapa tampannya anakku ini, dalam hati aku berpikir. Aku menggoyangkan pantatku untuk mengimbangi permainan Banu. Aku mengusap keringat yang membasahi wajahnya dengan kedua tanganku. Mungkin ini adalah kasih sayang seorang ibu. Lima belas menit kemudian, aku meminta Banu untuk mencabut kontolnya dari vaginaku. Banu melakukannya walaupun dengan keraguan. Lalu aku memintanya untuk tidur telentang di sofa. Setelah Banu tiduran, aku mengangkangi selangkangannya. Aku pegang kontol Banu, lalu aku mencoba untuk mengepaskan ke lobang vaginaku. Setelah aku rasa tepat, aku turunkan pantatku dan.., Bleess.. Kontol Banu kembali memasuki sarangnya. Aku menaikturunkan tubuhku untuk mengocok kontol Banu. Kedua gunung kembarku bergoyang naik turun seperti mau lepas. Aku pegang tangan Banu dan aku arahkan ke payudaraku. Banu sudah mengerti apa yang aku mau. Sambil menggerakkan pantatnya naik turun menyambut vaginaku, kedua tangan Banu bergerak aktif meremas-remas payudaraku. Hal ini semakin menambah rangsangan buatku dan.. Seerr.. Seer.. Seerr.., aku mengalami orgasme yang kedua. Tetapi Banu tampaknya tidak peduli dengan itu. Dia tetap saja menaikturunkan pantatnya. Aku biarkan saja dia meski sebenarnya aku ingin istirahat. “Bu, ganti posisi donk, Ibu turun dulu,” kali ini Banu yang meminta untuk berganti posisi. Aku lepaskan jepitan vaginaku yang basah karena sudah orgasme. Banu berdiri dari sofa. “Sekarang Ibu berdiri menghadap sofa, lalu berpegangan ke sofa,” pinta Banu. Aku yang masih tidak mengerti apa maksudnya mengikuti saja apa maunya. Setelah aku berposisi menungging sambil berpegangan ke sofa, Banu memasukkan kontolnya ke vaginaku dari belakang. “Aahhggh.. Hebatt.. Kamu naakk..”, aku menjerit lagi. Kali ini dengan posisi yang belakangan aku ketahui bernama “Doggy Style” kami berdua melanjutkan ‘olahraga’ seks kami. Dari belakang Banu meremas-remas dan mengusap-usap pantatku. Ruangan ini dipenuhi dengan suara-suara erotis yang menandakan dua insan sedang beradu kenikmatan. Tak hanya meremas pantatku, dari belakang Banu juga meremas-remas kedua payudaraku. Aku pun tidak mau kalah. Vaginaku meremas-remas kontolnya yang sedang berada di dalamnya. Pantatku pun tidak mau tinggal diam. Aku memutar-mutar pantatku untuk menambah sensasi yang dirasakan oleh Banu. Rupanya apa yang aku lakukan itu membuat pertahanannya runtuh juga. Aku pun tidak bisa lagi menahan orgasmeku yang ketiga. “Sayaangghh Ibu mau keluaarr laggii..,” aku menjerit keras ketika aku merasakan akan orgasme untuk yang ketiga kalinya. Seerr.. Seerr.. Aku merasakan vaginaku basah oleh air maniku sendiri. “Buu.. Aku juugaa mauu keluaarr..,” teriak Banu. Mendengar itu aku segera saja meminta Banu untuk mencabut kontolnya. “Cabut kontolmu sayang.. Ibu mau minum air pejumu lagi..,” aku memintanya. Banu segera mencabut kontolnya. Aku segera saja berbalik dan memasukkan kontolnya ke mulutku. Aku tidak peduli dengan air maniku yang masih menempel di kontolnya. Toh, rasanya juga enak. Sepuluh menit aku mengocok kontolnya dalam mulutku dan.. Croot.. Croot.. Croot.., sperma Banu menyemprot ke dalam rongga mulutku. Tidak sebanyak yang pertama memang, tapi aku tidak peduli. Semua sperma yang disemprotkan kontol Banu aku telan. Gurih dan wangi. Aku semakin menyukai rasa sperma dari anak-anakku. Setelah kontolnya tidak lagi mengeluarkan sperma, aku jilati kontolnya untuk membersihkannya. Banu lalu duduk di sofa dengan nafas yang tidak karuan. Aku memandangnya, dan dia pun memandangku. Aku tersenyum kepadanya, begitu juga dia. Aku suruh dia mendekat. Aku peluk dia seperti seorang kekasih yang lama tidak bertemu. “Terima kasih Nak. Ma’af, Ibu melakukan ini kepadamu. Kamu suka?” aku bertanya kepadanya. “Banu bahagia sekali meskipun Banu tidak tahu mengapa Ibu melakukan ini. Tapi Banu tidak peduli. Banu sayang sama Ibu,” jawab Banu sambil tersenyum. “Tapi, bolehkah Banu melakukan ini lagi sama Ibu?” tanya anakku itu. Aku tersenyum mendengar pertanyaannya. Toh, ini semua aku yang memulai. “Tentu saja sayang. Kapanpun kamu mau, selama tidak ada orang,” jawabku sambil mengelus kepalanya. Selama kedua saudaranya tidak ada di rumah, aku dan Banu terus melakukan hubungan sedarah itu. Kami melakukannya di tempat tidur, di dapur, di kamar mandi di mana saja asal memungkinkan. Aku pasti akan menceritakan kelanjutan hubungan yang kami lakukan selama kedua saudaranya tidak ada di rumah dalam tulisan selanjutnya.